Pesawat Jatuh di PNG, Pilot Selamat Tapi 28 Orang Tewas

Port Moresby - Seorang pilot dan tiga orang lainnya selamat dalam kecelakaan pesawat di Papua New Guinea (PNG). Sementara 28 orang lainnya tewas di tempat kejadian.

Pesawat Dash 8 milik maskapai PNG, Airlines PNG tersebut jatuh ke kawasan hutan lebat di dekat Sungai Gogol, sekitar 20 kilometer sebelah selatan kota wisata Madang, PNG. Pesawat yang mengangkut 32 orang itu tengah dalam perjalanan dari Lae, kota terbesar kedua di PNG menuju Madang ketika jatuh pada Kamis, 13 Oktober sekitar pukul 17.00 waktu setempat.

Warga desa dekat lokasi jatuhnya pesawat menemukan empat orang yang selamat termasuk seorang pilot asal Australia dan seorang kopilot asal Selandia Baru.

"Airlines PNG dan otoritas setempat telah menyampaikan bahwa ada 28 penumpang dan 4 kru di pesawat. Mereka tahu bahwa empat orang selamat dari kecelakaan, termasuk satu pilot Australia dan satu pilot Selandia Baru," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Australia seperti dilansir News.com.au, Jumat (14/10/2011).

Keempat orang yang selamat itu tidak mengalami luka parah. Sementara seluruh korban yang meninggal berkebangsaan PNG.

Menurut saksi mata, pesawat tersebut jatuh saat terjadi badai dan langsung terbakar begitu menghujam bumi. Peristiwa ini masih diselidiki.

sumber detiknews


Serikat Karyawan Prihatin Nasib Merpati

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keprihatinan terhadap nasib Merpati Nusantara Airlines datang dari serikat pekerjanya. Ketua Badan Pertimbangan Serikat Karyawan (Sekar) Merpati, Aries Munandar menyatakan rasa sedihnya dengan embargo yang terjadi pada maskapai ini.
"Sangat prihatin tentunya dengan kejadian ini, dan sangat disayangkan embargo ini sampai terjadi karena tentunya para pelanggan Merpati pada rute tertentu lah yang menjadi korban atas kejadian ini," kata Aries dalam pesan BBM-nya kepada tribunnews.com di Jakarta, Minggu (16/10/2011).
Meski demikian jelasnya, dia memahami, kenapa sikap tegas ini harus diambil oleh Pertamina yang nota bene sebagai sesama BUMN. "Pastinya sudah ada komunikasi sebelumnya terkait hal ini semua, apalagi semua kan dalam kerangka bisnis to bisnis," ujarnya.
Dia berharap kejadian ini tidak terulang kembali dan  agar ke depannya manajemen Merpati bisa mendapatkan kepercayaan lagi dari Pertamina. "Toh dalam kerangka business to business semua bisa dinegosiasikan, intinya agar saling memenuhi kewajiban dan hak nya masing-masing, sehingga operasional lancar dan pelayanan kepada pelanggan lebih terjamin," pungkas Aries.

Saratoga Resmi Kempit 51 Persen Saham Mandala Airlines

JAKARTA, KOMPAS.com — Saratoga Group akhirnya menjadi pemegang saham mayoritas Mandala Airlines. Kepemilikan Saratoga Group sebesar 51 persen resmi setelah penandatanganan dokumen perjanjian jual beli bersyarat, Jumat (23/9/2011).
Selain Saratoga, Tiger Airways juga menjadi pemegang saham baru Mandala Airlines dengan kepemilikan sebesar 33 persen. Sementara sisanya dimiliki oleh kreditor konkuren dan pemegang saham lama.
"Kami senang sekali dengan finalisasi dokumen-dokumen transaksi ini dan berharap agar Mandala dapat segera beroperasi kembali," ujar salah satu pendiri Saratoga Group, Sandiaga Uno, dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/9/2011).
Dengan penandatanganan perjanjian tersebut, penyelesaian restrukturisasi Mandala kian dekat. Sekadar catatan, Mandala Airlines telah menjalani masa uji tuntas selama lima bulan. Mandala masih harus melengkapi lagi sejumlah persyaratan transaksi yang diperlukan. Termasuk persetujuan pemerintah agar Mandala dapat segera terbang kembali. Proses ini diperkirakan memakan waktu sekitar 90 hari sebelum beroperasi.
"Kami berharap tetap mendapat dukungan pemerintah sehingga rencana Mandala dapat terbang kembali bisa terwujud secepatnya,” ujar Presiden Direktur Mandala Airlines Diono Nurjadin Udara Diono Nurjadin.
Diono menambahkan, pasca-beralihnya kepemilikan Mandala, perseroan akan menerapkan model bisnis dari Tiger Airways Group. Mandala Airlines nantinya menawarkan perjalanan biaya murah ke tujuan internasional dan domestik dalam jangkauan lima jam penerbangan. Adapun jenis pesawat yang akan dipakai pasca-restrukturisasi adalah Airbus A320. (Astri Karina Bangu/Kontan)

Kejaksaan akan Minta Keterangan Ahli Terkait Kasus Merpati

Jakarta - Penyidikan kasus dugaan korupsi penyewaan pesawat Boeing 737 oleh PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) masih terus digenjot. Jaksa penyidik pada bagian Pidana Khusus Kejagung akan meminta keterangan ahli hukum pidana sebagai saksi.

"Tim penyidik akan memeriksa (saksi) ahli. Sepertinya yang diagendakan itu dari akademisi," ujar Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Andhi Nirwanto kepada wartawan di Kejagung, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Jumat (14/10/2011).

Menurut Andhi, pemeriksaan saksi ahli ini sangat diperlukan jaksa dalam rangka penyidikan. Namun sayangnya, Andhi enggan menyebutkan lebih detail soal siapa saja saksi ahli yang akan dipanggil. Andhi juga mengaku belum tahu kapan saksi ahli tersebut akan dipanggil jaksa penyidik.

"Nantilah, belum tahu," dalihnya.

Dalam perkara ini, Kejagung telah menetapkan dua tersangka, yakni eks Dirut Merpati Hotasi Nababan dan eks Direktur Keuangan Merpati Guntur Aradea. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka pada 16 Agustus 2011 lalu.

Kejaksaan telah melakukan pemeriksaan atas dua tersangka pada September 2011 lalu. Dari pemeriksaan para tersangka terungkap bahwa keputusan penyewaan pesawat pada perusahaan Amerika Serikat (AS), Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG) dilakukan demi menghindari eksodus besar-besaran pilot Merpati kala itu. Tidak ada pilihan lain selain menyewa pesawat daripada membeli,

Kasus ini terjadi pada 2006 ketika Direksi PT MNA memutuskan menyewa dua pesawat Boeing 737 dari perusahaan TALG di AS, senilai US$ 500 ribu untuk setiap pesawat. Uang sewa sebesar US$ 1 juta telah ditransfer ke rekening Hume & Associates, lawyer yang ditunjuk TALG, melalui transfer Bank Mandiri. Namun, hingga kini pesawat tersebut tak kunjung diterima PT MNA.

Diduga ada penyimpangan dalam proses penyewaannya. Kejagung pun melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah mantan anggota Direksi PT MNA. Mereka adalah Hotasi Nababan (Dirut MNA 2002-2007), Cucuk Suryo Suprojo (pelaksana tugas Dirut MNA 2008) dan Sardjono Jhoni Tjitrokusumo (Presdir MNA 2010).
sumber ; detiknews

Ogah Pasang Sabuk Pengaman, Whitney Houston Hampir Diusir dari Pesawat

Meski menjadi salah satu penyanyi terlaris dunia bukan berarti Whitney Houston dapat mengabaikan prosedur keamanan. Menurut TMZ, baru-baru ini pelantun It's Not Right but It's Okay itu hampir diusir dari pesawat. Alasannya sederhana saja: karena ia menolak untuk memasang sabuk pengamannya.

Rabu (12/10) sore, penyanyi berusia 48 tahun itu menaiki pesawat Delta Airlines untuk penerbangan ke Atlanta. Setelah duduk di kursinya, ia diminta untuk memasang sabuk pengamannya. Akan tetapi, entah dengan alasan apa, pelantun hit Greatest Love of All itu menolak melakukannya. Barulah setelah mendapat peringatan dari seorang awak kabin, Whitney mau melakukannya. Tapi bukannya memasang sendiri sabuk pengamannya, ia malah memilih membiarkan seorang awak kabin yang memasangkannya untuknya.

Jeez, what a diva attitude!

Seorang sumber yang mengaku dekat dengan Whitney mengakui betapa tidak terpujinya kelakuan pemenang 6 kali penghargaan Grammy itu. Seperti dilansir CyberTainment dari Aceshowbiz, sumber itu mengatakan sikap Whitney memang berlebihan setelah ia ketinggalan pesawat sebelumnya. Sejumlah sumber lain pun memastikan bahwa mantan istri Bobby Brown itu tidak dalam keadaan teler, melainkan sadar 100%. Dikatakan mereka, "Dia sedang dalam perjalanan ke Detroit untuk hari pertama syuting sebuah film baru."

Whitney bukan satu-satunya selebritas yang pernah diancam akan diturunkan dari pesawat. Sebelumnya, Gerard Depardieu dan Leisha Hailey juga pernah mengalami insiden serupa. Kalau Whitney cukup beruntung karena tidak jadi diusir, aktor terkenal Prancis dan pemeran Alice Pieszecki dalam serial The L Word itu tidaklah seberuntung itu. Agustus lalu, Gerard disuruh turun dari pesawat Air France dalam penerbangan dari Paris ke Dublin karena buang air kecil di karpet pesawat tepat di hadapan penumpang lain (yaiks!). Sementara itu, Leisha diusir dari pesawat Southwest Airlines pada September lalu akibat mencium kekasihnya (lho?). 

Sumber: CBN

All Rights Reserved. 2014 Copyright SIMPLITONA

Powered By Blogger | Published By Gooyaabi Templates Designed By : BloggerMotion

Top