ilustrasi gambar pesawat
info menarik seputar sejarah penerbangan dan bandara di indonesia dan luar negeri
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
SEJARAH PEMBUATAN PESAWAT TERBANG
Burung besi bernama pesawat terbang memang bukan barang aneh lagi di zaman modern ini. Ternyata, perjalanan sejarah pesawat terbang dari pertaman kali dibuat hingga tercipta pesawat terbang masa kini dengan segala kecanggihannya telah cukup panjnag yaitu 100 tahun.
Keselamatan Penerbangan
Keselamatan Penerbangan
Faktor keselamatan merupakan faktor utama dalam pengoperasian pesawat terbang. Tidak hanya itu, faktor keselamatan ini bahkan sudah harus diperhitungkan sejak fase perancangan. Standar baku pengoperasian pesawat terbang, personel dan perlengkapan pendukungnya, telah diatur dalam CASR (Civil Aviation Safety Regulation) yang merupakan peraturan keselamatan penerbangan sipil di Indonesia, dimana mengatur semua pekerjaan perancangan, pembuatan, dan pengoperasian pesawat terbang dan perlengkapan pendukungnya, perawatan, serta batasan-batasan operasional lainnya, sehingga suatu pesawat pesawat terbang harus dipersiapkan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi dan sangat ketat, jauh lebih ketat daripada sarana transportasi umum lainnya.
Sebagai contoh bila terdapat komponen yang sudah waktunya diganti baik karena umur pakai berdasarkan jam terbang atau hari kalender sudah habis, harus diganti meskipun secara fisik ataupun fungsi, komponen tersebut masih baik. Atau pada waktu pesawat sedang terbang terdapat indikator di cockpit yang menunjukkan suatu sistem tidak berfungsi sebagai mana mestinya, maka pesawat terbang harus segera kembali ke bandara asal atau bandara terdekat lainnya, meskipun sebenarnya sistem tersebut berfungsi normal. Perawatan berkala harus dilakukan sesuai dengan jadwal. Pelatihan untuk menjaga proficiency pilot maupun para teknisi harus selalu dilakukan serta hal-hal lain yang ditujukan untuk mempertahankan keselamatan penerbangan.
Akan tetapi, semua itu tentu akan berpulang kembali kepada pihak-pihak terkait untuk dapat melaksanakannya sebaik-baiknya. Baik maskapai penerbangan maupun pihak yang berwenang, dalam hal ini Ditjen Perhubungan Udara yang mengawasi pelaksanaannya. Ditjen Perhubungan Udara pulalah yang berhak menerbitkan Certificate of Airworthiness, suatu sertifikat yang menyatakan bahwa pesawat laik terbang dan pesawat tersebut siap atau dapat dioperasikan.Penggunaan pesawat di Indonesia mayoritas adalah merupakan angkutan udara berjadwal. Namun sayang disayangkan dan sebanyak 1083 pesawat yang terdaftar pada tahun 2005 hanya sebanyak 630 yang mempunyai Certificate of Airworthiness (C of A) yang valid, sementara sisanya (453) pesawat di ground (AOG = aircraft on ground), menurut peraturan pesawat hanya boleh terbang salah satunya bila mempunyai C of A yang sah dan masih berlaku. Dengan data tersebut berarti banyak pesawat di Indonesia yang tidak bisa dimanfaatkan.Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan bahwa dari tahun 2001 – 2006 terjadi kecelakaan penerbangan sebanyak 152 kali atau rata-rata 25,33 kecelakaan tiap tahun. Angka yang sangat tinggi untuk suatu ukuran keselamatan penerbangan.
Dari kecelakaan yang terjadi ternyata sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dan faktor teknis. Dari data KNKT, terlihat bahwa tingkat kecelakaan penerbangan di Indonesia masih tergolong tinggi, kualitas personel yang rendah, dan juga sarana dan prasarana yang masih memungkinkan terjadinya kecelakaan. Disamping itu faktor teknis menentukan tingkat keselamatan dan keamanan penerbangan.Keselamatan ini bergantung pada berbagai faktor, baik kondisi pesawat, kondisi awak pesawat, infrastruktur, maupun faktor alam. Yang sering mendapatkan sorotan adalah faktor kondisi pesawat. Selain faktor kondisi dan perawatan pesawat, kualitas sumber daya manusia memegang peran penting. Manusia yang terlibat dalam sebuah penerbangan bukan hanya pilot pesawat, melainkan juga petugas lain baik personel di darat maupun yang ikut terbang, termasuk termasuk diantaranya yang bertanggung jawab dalam penanganan dan pemeriksaan pesawat di antara penerbangan.Data usia pesawat yang beroperasi di Indonesia pada awal tahun 2007 menunjukkan bahwa rata-rata pesawat adalah 20,43 tahun, angka yng cukup tua bagi pesawat.
Terlihat bahwa rata-rata usia pesawat yang dioperasikan di Indonesia telah mempunyai umur yang cukup tua, sehingga untuk mempertahankan kelaikan udara bagi pesawat diperlukan program perawatan yang lebih baik lagi.Perkembangan industri penerbangan saat mi tidak diikuti dengan perkembangan sumber daya manusia yang mencukupi. Saat ini hanya ada beberapa sekolah menengah dan sekolah tinggi penerbangan, yang metode pengajarannya sering tidak dapat mengejar perkembangan teknologi yang ada.
Ada pendapat dan sebagian kalangan, kondisi pesawat dan berbagai penerbangan domestik tidak terjaga dengan baik. Ini dilakukan untuk menekan biaya operasional, terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat. Kondisi pesawat bergantung pada perawatan yang dilakukan. Sementara itu, perawatan yang diperlukan bergantung pada umur sebuah pesawat. Secara teoritis, umur suatu pesawat akan kembali menjadi nol setelah menjalani perawatan besar (overhaul). Semakin tua suatu pesawat, biaya perawatan yang perlu dikeluarkan menjadi lebih tinggi pula. Selain itu, pesawat yang lebih tua memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti.
(kalo mau data-data angka tersebut diatas minta aja sama dosen Perawatan Pesawat Terbang TP)
ada lanjutannya….
Bagaimana Pesawat Bisa Terbang
Bagaimana Pesawat Bisa Terbang ????
Kita beruntung hidup di zaman sekarang. Sebab, untuk memahaminya sudah tak serumit saat Wright Bersaudara berupaya menguaknya. Cukup simak posisi penampang sayap dan ikuti ke mana arah gaya bekerja.
Untuk memahami hal ini kita harus mengerti bahwa ada 4 gaya yang bekerja pada pesawat udara selama penerbangan yaitu Gaya angkat ( LIFT) atau gaya keatas, Gaya berat ( WEIGHT ) atau gaya kebawah, selanjutnya Gaya maju ( THRUST ) serta Gaya kebelakang ( DRAG ). Dua gaya berikut dapat mudah dipahami. Gaya berat ( WEIGHT ) bekerja menarik benda kembali ke bumi, sebagai contoh apabila kita melemparkan batu ke atas maka akan jatuh. Selanjutnya apabila kita mengendarai sepeda, maka terasa hambatan dari depan. (Yan Fajar Azwar , 2006 ).
Ada 2 gaya lain yang bekerja pada pesawat selama diudara yaitu LIFT dan THRUST yang keduanya merupakan kunci untuk penerbangan. Gaya-gaya tersebut oleh para perancang pesawat diperhitungkan untuk mengatasi DRAG dan WEIGHT. Gaya angkat ( LIFT ) dihasilkan oleh permukaan sayap yang dirancang agar tekanan udara diatas permukaan lebih kecil dari bagiah bawah. Gaya-gaya lain yang bekerja untuk menjaga agar pesawat tetap berada di udara yaitu THRUST. Gaya ini menarik pesawat kearah depan, biasanya gaya ini diperoleh dari putaran baling-baling ( PROPELLER ) mesin atau dorongan mesin jet. Gaya maju ( THRUST ) dan gaya angkat ( LIFT ) akan bekerja bersamaan untuk menarik pesawat kearah depan dan meninggalkan darat. (Yan Fajar Azwar , 2006 ).
Sayap, bagaimana pun, adalah bagian terpenting yang bisa membawanya terbang. Penampang yang berbentuk aerofoil, di desain sedemikian rupa, sehingga akan menimbulkan gaya angkat jika dipaksa maju dengan cepat. Bagaimana itu bisa terjadi, tak sulit untuk dipahami. Semua ini berkaitan dengan Hukum Bernoulli yang pernah diajarkan di bangku SMP. Ketika udara mengaliri penampang dari depan ke belakang, akan terjadi pemampatan udara yang berbeda pada sisi atas dan bawah. Pada kecepatan dan sudut sayap tertentu akan muncul gaya angkat atau lift. Tubuh pesawat pun akan mengudara karena gaya angkatnya lebih besar dari gaya berat (weight). Hingga batas-batas tertentu, lift akan meningkat begitu kecepatan dan sudut sayap diperbesar. Sudut sayap, adalah sudut yang terjadi antara garis lateralnya dengan posisi horizontal bumi. Dalam dunia penerbangan, sudut ini biasa dikenal sebagai angle of attack. (www.angkasa –online.com.)
Selain lift dan weight, dua gaya lain yang bekerja pada sebuah pesawat adalah gaya dorong (thrust) dan gaya hambat (drag). Thrust bisa diatur dengan "memainkan" putaran mesin pendorong. Ketika gaya dorong mulai melebihi weight, pesawat akan mulai menggelinding di landasan. Nah, begitu lift muncul dan besarnya melebihi drag, pesawat pun mengudara. Di udara, pesawat selanjutnya bisa dibuat menanjak dengan memperbesar angle of attack. Namun, begitu sudut serang ini dibuat lebih besar dari batas maksimumnya, pesawat akan serta-merta kehilangan gaya angkat. Ia selanjutnya akan segera jatuh bagai daun. Proses ini biasa dinamakan stall. Seberapa besar angle of attack amat tergantung dari jenis pesawat. Begitu pula dengan besar awal gaya dorong yang bisa menciptakan gaya angkat. Semakin besar pesawat akan semakin dituntut gaya dorong yang semakin besar. (www.angkasa –online.com.).
Pesawat bisa terbang ke segala arah, menanti gerak kemudi pilot. Kalau kemudi diputar ke kiri, pesawat akan banking ke kiri. Demikian pula sebaliknya. Gerakan ini ditentukan bilah aileron di kedua ujung sayap utama. Lalu, jika pedal kiri atau kanan diinjak, pesawat akan bergerak maju ke kiri atau ke kanan. Dalam hal ini yang bergerak adalah bilah rudder. Posisinya di belakang sayap tegak (di ekor). Berbeda jika gagang kemudi di tarik atau didorong. Pesawat akan menanjak atau menukik. Penentu gerakan ini adalah bilah kemudi elevator yang terletak di kedua bilah sayap ekor horizontal.
Sumber>>> www.angkasa-online.com
Foto Pesawat Cikal Bakal Berdirinya Penerbangan Indonesia.
PESAWAT PERTAMA DI INDONESIA
Cikal Bakal Berdirinya Penerbangan penerbangan di Indonesia.
Foto Pesawat Dari Depan
Foto Pesawat Dari Belakang.
Foto Ekor Pesawat"bertulisankan RI-001.
Foto Cockpit dan Mesin Pesawat.
Foto Pesawat Dari Samping"bertulisankan Indonesia Airways".
Foto Pesawat Dari Samping"bertulisankan Indonesia Airways".
Cikal Bakal Penerbangan Republik Indonesia.
SEJARAH maskapai penerbangan Garuda Indonesia tak bisa dilepaskan dari Aceh.
Jika wacana penjualan maskapai ini menjadi kenyataan dan kemudian berganti
nama, maka masyarakat Aceh termasuk yang paling bersedih. Sebab, perjuangan
dan bantuan yang ikhlas dari masyarakat di wilayah Indonesia paling barat
itu seolah sia-sia.
Masih banyak yang tak mengetahui bahwa masyarakat Aceh menyerahkan pesawat
terbang Seulawah pada 1948 kepada pemerintah RI untuk meneruskan perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Ketika semua wilayah RI dikuasai Belanda, hanya
Aceh yang masih "merdeka". Penyerahan Seulawah menjadi salah satu pendorong
semangat pejuang-pejuang Indonesia melawan penjajah.
Salah seorang saksi dan pelaku sejarah penyerahan pesawat Seulawah kepada
pemerintah RI, Tgk AK Jakobi (77 tahun), menuturkan, sejarah Garuda
Indonesia (dulu bernama Garuda Indonesia Airways) tak bisa dilepaskan dari
Seulawah RI-001. Pesawat hadiah masyarakat Aceh ini menjadi cikal bakal
berdirinya Garuda Indonesia.
Pada 15 Juni 1948, Jakobi menuturkan, Presiden Soekarno (Bung Karno) bersama
17 anggota rombongan tiba di lapangan terbang militer Lhok Nga di Banda
Aceh. Bung Karno berada di Aceh selama enam hari (15-20 Juni). Presiden
pertama RI ini juga berkunjung ke Sigli dan Bireuen.
"Di tiap kota, Bung Karno disambut dengan rapat raksasa. Ratusan ribu warga
Aceh terpesona mendengarkan amanat Bung Karno yang berapi-api membakar
semangat juang rakyat Aceh. Kami benar-benar merasakan persatuan dan saling
mendukung antarrakyat di seluruh Indonesia," kenang pensiunan TNI berpangkat
Mayor kelahiran Blangkejeren, Gayo Lues ini, kepada Pembaruan, Jumat (3/3),
Ketika itu, Bung Karno mengatakan Indonesia sedang genting, dalam keadaan
antara hidup dan mati. Bung Karno menegaskan, dari Acehlah perjuangan
diteruskan merebut setiap jengkal tanah yang diduduki Belanda. Biar negara
ini tinggal selebar payung, perjuangan tetap diteruskan sampai penjajah
angkat kaki dari bumi Indonesia.
Negara sangat memerlukan pesawat terbang untuk menerobos blokade udara
Belanda yang sudah mengepung seluruh negeri. "Sudah berbagai tempat di
Sumatera disinggahi. Namun, hanya rakyat di Acehlah yang memenuhi anjuran
Bung Karno untuk menyumbangkan pesawat terbang," tutur Jakobi.
Dalam pertemuan bersejarah di Aceh Hotel, Gabungan Saudagar Indonesia Aceh
(Gasida) yang dipimpin HM Djoeneid Joesoef atas nama rakyat Aceh menyatakan
siap merespons imbauan Bung Karno.
Dana terkumpul untuk membeli dua pesawat Seulawah RI-001 dan Seulawah
RI-002. Di tengah situasi ekonomi yang menghimpit, Bung Karno begitu gembira
menerima sumbangan pesawat Seulawah RI-001 dari rakyat Aceh
Sebagai pejuang '45, Jakobi bersama rekan seperjuangan lainnya yang
rata-rata berusia muda, hadir dalam upacara itu sebagai pelaku dan saksi
sejarah. Selama sepekan, mereka ditugaskan oleh Gubernur Militer Daud
Beureuh mengawal Bung Karno dan rombongan selama di Aceh (kini menjadi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam/NAD).
Arti Pesan Itu
Sekitar 36 tahun kemudian (1984), replika pesawat terbang Seulawah RI-001
menghiasi Lapangan Blang Padang di Banda Aceh. Saat itu Djoeneid Joesoef
yang sudah berangsur gaek berpesan kepada Jakobi, "Kawal terus sampai
generasi berikutnya."
Semula ia tidak menyadari arti pesan itu. "Tapi saat rekan saya yang juga
pejuang '45, Halimah Madjid, menegur saya, hendak dibawa ke mana nama dan
batang tubuh pesawat terbang Seulawah RI-001 itu, kalau maskapai Garuda
Indonesia sampai dijual, saya tertegun," ucap Jakobi.
Tak jemu ia mendesak sejumlah pihak. Dari presiden, menteri, panglima TNI,
gubernur NAD, anggota DPR, hingga direksi beserta karyawan Garuda Indonesia,
untuk menjaga dan mempertahankan maskapai penerbangan yang sangat bersejarah
itu. Garuda pernah sangat disegani karena manajemen dan pelayanannya
termasuk terbaik di dunia.
Garuda Indonesia adalah salah satu yang tersisa dari perjalanan panjang
perjuangan mempertahankan keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. Maskapai
ini masih tampak gagah walaupun terlilit utang yang tidak sedikit.
Manajemennya masih bisa diperbaiki dan kinerja bisa ditingkatkan. Masih
banyak penumpang yang bangga terbang dengan Garuda walaupun harga tiketnya
lebih mahal dari maskapai nasional lainnya.
Jika Anda duduk di dalam pesawat Garuda Indonesia, atau melihat pesawat dan
para krunya melintas dalam pandangan, ingatlah Seulawah! Ingatlah sumbangsih
warga Aceh yang tak lelah berjuang demi kemerdekaan dan persatuan RI. Jika
maskapai ini jaya, kita semua senang, warga Aceh pun riang. Garuda dan Aceh,
sejarah yang selalu dikenang.Mari kita selamatkan garuda indonesia sebagai bentuk perjuangan bangsa indonseia.
Jika wacana penjualan maskapai ini menjadi kenyataan dan kemudian berganti
nama, maka masyarakat Aceh termasuk yang paling bersedih. Sebab, perjuangan
dan bantuan yang ikhlas dari masyarakat di wilayah Indonesia paling barat
itu seolah sia-sia.
Masih banyak yang tak mengetahui bahwa masyarakat Aceh menyerahkan pesawat
terbang Seulawah pada 1948 kepada pemerintah RI untuk meneruskan perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Ketika semua wilayah RI dikuasai Belanda, hanya
Aceh yang masih "merdeka". Penyerahan Seulawah menjadi salah satu pendorong
semangat pejuang-pejuang Indonesia melawan penjajah.
Salah seorang saksi dan pelaku sejarah penyerahan pesawat Seulawah kepada
pemerintah RI, Tgk AK Jakobi (77 tahun), menuturkan, sejarah Garuda
Indonesia (dulu bernama Garuda Indonesia Airways) tak bisa dilepaskan dari
Seulawah RI-001. Pesawat hadiah masyarakat Aceh ini menjadi cikal bakal
berdirinya Garuda Indonesia.
Pada 15 Juni 1948, Jakobi menuturkan, Presiden Soekarno (Bung Karno) bersama
17 anggota rombongan tiba di lapangan terbang militer Lhok Nga di Banda
Aceh. Bung Karno berada di Aceh selama enam hari (15-20 Juni). Presiden
pertama RI ini juga berkunjung ke Sigli dan Bireuen.
"Di tiap kota, Bung Karno disambut dengan rapat raksasa. Ratusan ribu warga
Aceh terpesona mendengarkan amanat Bung Karno yang berapi-api membakar
semangat juang rakyat Aceh. Kami benar-benar merasakan persatuan dan saling
mendukung antarrakyat di seluruh Indonesia," kenang pensiunan TNI berpangkat
Mayor kelahiran Blangkejeren, Gayo Lues ini, kepada Pembaruan, Jumat (3/3),
Ketika itu, Bung Karno mengatakan Indonesia sedang genting, dalam keadaan
antara hidup dan mati. Bung Karno menegaskan, dari Acehlah perjuangan
diteruskan merebut setiap jengkal tanah yang diduduki Belanda. Biar negara
ini tinggal selebar payung, perjuangan tetap diteruskan sampai penjajah
angkat kaki dari bumi Indonesia.
Negara sangat memerlukan pesawat terbang untuk menerobos blokade udara
Belanda yang sudah mengepung seluruh negeri. "Sudah berbagai tempat di
Sumatera disinggahi. Namun, hanya rakyat di Acehlah yang memenuhi anjuran
Bung Karno untuk menyumbangkan pesawat terbang," tutur Jakobi.
Dalam pertemuan bersejarah di Aceh Hotel, Gabungan Saudagar Indonesia Aceh
(Gasida) yang dipimpin HM Djoeneid Joesoef atas nama rakyat Aceh menyatakan
siap merespons imbauan Bung Karno.
Dana terkumpul untuk membeli dua pesawat Seulawah RI-001 dan Seulawah
RI-002. Di tengah situasi ekonomi yang menghimpit, Bung Karno begitu gembira
menerima sumbangan pesawat Seulawah RI-001 dari rakyat Aceh
Sebagai pejuang '45, Jakobi bersama rekan seperjuangan lainnya yang
rata-rata berusia muda, hadir dalam upacara itu sebagai pelaku dan saksi
sejarah. Selama sepekan, mereka ditugaskan oleh Gubernur Militer Daud
Beureuh mengawal Bung Karno dan rombongan selama di Aceh (kini menjadi
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam/NAD).
Arti Pesan Itu
Sekitar 36 tahun kemudian (1984), replika pesawat terbang Seulawah RI-001
menghiasi Lapangan Blang Padang di Banda Aceh. Saat itu Djoeneid Joesoef
yang sudah berangsur gaek berpesan kepada Jakobi, "Kawal terus sampai
generasi berikutnya."
Semula ia tidak menyadari arti pesan itu. "Tapi saat rekan saya yang juga
pejuang '45, Halimah Madjid, menegur saya, hendak dibawa ke mana nama dan
batang tubuh pesawat terbang Seulawah RI-001 itu, kalau maskapai Garuda
Indonesia sampai dijual, saya tertegun," ucap Jakobi.
Tak jemu ia mendesak sejumlah pihak. Dari presiden, menteri, panglima TNI,
gubernur NAD, anggota DPR, hingga direksi beserta karyawan Garuda Indonesia,
untuk menjaga dan mempertahankan maskapai penerbangan yang sangat bersejarah
itu. Garuda pernah sangat disegani karena manajemen dan pelayanannya
termasuk terbaik di dunia.
Garuda Indonesia adalah salah satu yang tersisa dari perjalanan panjang
perjuangan mempertahankan keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia. Maskapai
ini masih tampak gagah walaupun terlilit utang yang tidak sedikit.
Manajemennya masih bisa diperbaiki dan kinerja bisa ditingkatkan. Masih
banyak penumpang yang bangga terbang dengan Garuda walaupun harga tiketnya
lebih mahal dari maskapai nasional lainnya.
Jika Anda duduk di dalam pesawat Garuda Indonesia, atau melihat pesawat dan
para krunya melintas dalam pandangan, ingatlah Seulawah! Ingatlah sumbangsih
warga Aceh yang tak lelah berjuang demi kemerdekaan dan persatuan RI. Jika
maskapai ini jaya, kita semua senang, warga Aceh pun riang. Garuda dan Aceh,
sejarah yang selalu dikenang.Mari kita selamatkan garuda indonesia sebagai bentuk perjuangan bangsa indonseia.
Foto Burung Besi ( pesawat ) Paling Aneh.
waktu saya kecil pas lihat pesawat terbang di atas rumah sampai terkagum
kagum.sampai saya bertanya tanya dalam hati kecil saya kok bisa besi
sebesar itu bisa terbang gimana caranya....sambil mlongo lihat
keatas.bagaimana saya tidak kagum itu merupakan salah satu karya yang
spektakuler dan menjadi bukti atas kemampuan manusia yang di karuniakan
ALLAH SWT.
Akan tetapi anda mungkin akan lebih kagum lagi sambil mlongo melihat foto foto pesawat aneh ini..
Gak percaya Lihat foto di bawah ini.. Ha...ha....ha...
Akan tetapi anda mungkin akan lebih kagum lagi sambil mlongo melihat foto foto pesawat aneh ini..
Gak percaya Lihat foto di bawah ini.. Ha...ha....ha...
Kisah Segitiga Bermuda.
Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal Segitiga Bermuda.
Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di
Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad
menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah
dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.
Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja. Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara. Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan. Ajaib.
Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian dari kelima TBF Avenger.
Hilangnya C-119
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya. Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot.
Analisis selanjutnya memang mengembang kemana-mana. Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut.
Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah. Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO.
Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah lihat.
“Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah Divitt.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca sedang baik, tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.
Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja. Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara. Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan. Ajaib.
Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian dari kelima TBF Avenger.
Hilangnya C-119
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya. Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot.
Analisis selanjutnya memang mengembang kemana-mana. Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut.
Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah. Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO.
Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah lihat.
“Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah Divitt.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca sedang baik, tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya.
Model Pesawat Terbang Dari Peradaban Pra-kolombia Kuno.
Apakah keganjilan-keganjilan prasejarah mengenai konsep pesawat terbang
modern hanya bisa kita temukan di Mesir dan India saja? jawabannya tentu
saja tidak. Di beberapa wilayah di sekitar Amerika Tengah hingga
kebeberapa bagian negara di Amerika Latin, banyak ditemukan
artifak-artifak purbakala yang berbentuk sangat mirip dengan desain
pesawat terbang modern pada umumnya. Artifak-artifak yang keseluruhannya
terbuat dari bahan dasar emas tersebut diperkirakan telah berusia 1000
tahun lebih. Apabila desain dari pesawat terbang di kuil Abydos masih
berupa relief, lain halnya dengan benda peninggalan masa silam yang satu
ini. Yup, artifak-artifak ini benar-benar berupa arca-arca kecil,
mungkin boleh dibilang sebagai replika dari dari sebuah wahana bersayap
yang masih sangat sulit untuk di identifikasi jenisnya.
Para ahli purbakala menyebut obyek-obyek kecil ini sebagai zoomorpic, yang artinya hewan berbentuk suatu obyek tertentu. Namun apabila artifak-artifak kecil tersebut merupakan penggambaran bentuk tubuh suatu jenis hewan tertentu, maka hewan apakah yang dapat mewakilinya? Jika dibandingakan dengan artifak-artifak kuno berbentuk makhluk hidup dari seluruh kebudayaan diseluruh dunia, maka yang satu ini sangatlah berbeda. Karakteristiknya sangat berbeda dengan artifak peninggalan kebudayaan lainnya yang pada umumnya berbentuk realistik dan sangat mudah dikenal hanya dengan melihat bentuk morfologinya saja.
Ada beberapa jenis hewan terbang seperti burung (unggas) dan serangga serta beberapa mamalia seperti tupai terbang dan oppossum. kemudian ada beberapa jenis kadal, ada juga jenis-jenis ikan tertentu yang juga dapat meluncurkan tubuhnya secara singkat ke udara. Tapi, dari semuanya itu, hewan jenis apakah yang lebih tepat untuk mewakili obyek-obyek misterius tersebut? Merlihat dari bentuk-nya saja, dapat diperkirakan jika benda tersebut bukan merupakan penggambaran menganai makhluk hidup jenis apapun. Seharusnya para sarjana tidaklah perlu terlalu memaksakan dirinya untuk terlalu ngotot menyebutkan bahwa obyek-obyek tersebut merupakan penggambaran dari suatu spesies hewan. Kini, saatnya kita harus sedikit membuka pikiran mengenai ketidakmungkinan prasejarah menjadi sesuatu yang mungkin saja terjadi.
Anak kecil sekali pun tidak akan mengimajinasikan obyek itu sebagai burung apabila diperlihatkan kepadanya. Mungkin, mereka akan lebih suka menyebutnya sebagai "mainan" berbentuk pesawat terbang. Walaupun demikian, sesungguhnya masih terlalu sulit bagi kita untuk mengidentifikasi/menentukan obyek apakah yang diukir oleh para pemahat-pemahat masa silam ini. Apakah benar artifak-artifak ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa peradaban prasejarah telah memasuki zaman aeronautika? mungkin masih sangat sulit untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar memuaskan.
Diatas ini adalah gambar dari artifak membingungkan tersebut. Jika kita perhatikan, struktur dari benda ini benar-benar telihat seperti kerangka sebuah pesawat terbang modern. Dimana disana kita bisa melihat secara jelas bentuk dari kedua sayapnya, dan bagian depan yang mirip dengan moncong pesawat terbang pada umumnya. Hal itu berlaku juga pada bagian belakangnya, dimana tidak ada perbedaan bentuk yang terlalu mencolok dengan bentuk posisi kemudi di bagian belakang pesawat modern. Mari kita perhatikan lagi sebuah cekungan kecil diantara kepala dan badan obyek tersebut. Saya tidak terlalu ngotot untuk menyebutnya sebagai pusat kendali/kokpit, dimana biasanya sang pilot dengan gagah-nya duduk di tempat itu. Lalu kita perhatikan bagian bawahnya, ada dua citra terlihat disana, yang satu berbentuk setengah lingakaran (tidak sempurna) dan yang satunya lagi agak sedikit memanjang hingga kebelakang tubuh obyek. Disini, saya juga tidak terlalu ngotot untuk menyebut citra setengah lingkaran tersebut sebagai roda, dimana pada setengah bagiannya lagi masuk kedalam badan pesawat. Sepertinya, memang sebuah rodalah yang kira-kira dapat mewakilinya. Lalu untuk citra yang satunya lagi, masih sangat sulit untuk ditentukan.
Bila kita mengidentifikasi artifak tersebut seperti diatas, maka kita akan semakin yakin bahwa benda kuno itu tidak sekalipun dapat mewakili bentuk dari suatu jenis spesies hewan, sehingga sebutan zoomorpic sepertinya tidaklah terlalu tepat untuk menyebutnya. Menurut pandangan saya pribadi, tidak ada salahnya kita berspekulasi bahwa masyarakat prasejarah yang sebenarnya tidaklah terlalu seprimitif yang kita bayangkan sebelumnya. Saya percaya, sebenarnya kita hanyalah mengulang sejarah dan menemukan kembali apa yang telah ditemukan oleh nenek moyang (tahu kan maksud saya?). Tentunya pernyataanku ini bukan tanpa dasar sama sekali. Bagi teman-teman yang sering mengikuti artikel di blog-ku ini, dapat kalian lihat sendiri banyaknya temuan prasejarah aneh dan misterius, namun juga begitu canggih. Para sarjana pun dibuat pusing oleh hal ini, dan mereka sering menyebut benda-benda canggih masa silam itu sebagai "keganjilan prasejarah".
Menurut pandangan masyarakat umum, awal 1900-an merupakan titik awal dari perkembangan menuju era transportasi udara setelah Wright bersaudara berhasil mengembangkan konsep pesawat terbang berkekuatan mesin pertama pertama di dunia yang mereka namakan Kitty Hawk. Tapi itu tidak menurutku, sebab saya yakin bahwa ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita sebenarnya telah memasuki zaman nuklir dan telah mampu mengembangkan teknologi dirgantara/aeronautika yang canggih. Bahkan saya pun yakin jika mereka telah berhasil menemukan dan menggunakan peralatan listrik. Mungkin sebagian dari teman-teman menganggap pandanganku ini terlalu imajinatif dan gila. Tapi, jika kita rajin membaca beberapa referensi/sumber yang ada dan sekaligus mau membuka pikiran yang menyumbat ini, niscaya mungkin akan tercerahkan.
Sudah terlalu banyak informasi yang kita dapatkan mengenai mesin-mesin terbang masa silam seperti ini. Mulai dari catatan kitab suci di daratan India hingga ke wilayah Benua Amerika. Info-info itupun dipertegas dengan temuan-temuan arkeologi yang sebagaimana kita ketahui sangat banyak dan tersebar rata dari berbagai penjuru dunia.
Banyak lukisan-lukisan purbakala yang terukir pada Gua, dan umumnya menggambarkan sesuatu yang diluar dugaan kita. Para pelukis-pelukis gua itu menggambarkan sesuatu yang membingungkan, benda-benda terbang yang aneh, lengkap dengan para pengemudinya yang menggunakan helm logam. Apakah mereka menggambarkan secara kebetulan saja dan sesuai dengan imajinasi mereka? saya katakan itu tidaklah mungkin. Sebab lukisan-lukisan ini hampir bisa ditemukan diseluruh wilayah di bumi ini. Mungkin untuk yang satu ini, akan saya uraikan lebih jauh di artikel selanjutnya mengenai "teori astronot kuno" yang dikemukakan oleh beberapa penulis nonfiksi terkenal seperti Zacharia Sitchin, Burak Eldem, Robert K.G.Temple maupun Erich Von Daniken.
Para ahli purbakala menyebut obyek-obyek kecil ini sebagai zoomorpic, yang artinya hewan berbentuk suatu obyek tertentu. Namun apabila artifak-artifak kecil tersebut merupakan penggambaran bentuk tubuh suatu jenis hewan tertentu, maka hewan apakah yang dapat mewakilinya? Jika dibandingakan dengan artifak-artifak kuno berbentuk makhluk hidup dari seluruh kebudayaan diseluruh dunia, maka yang satu ini sangatlah berbeda. Karakteristiknya sangat berbeda dengan artifak peninggalan kebudayaan lainnya yang pada umumnya berbentuk realistik dan sangat mudah dikenal hanya dengan melihat bentuk morfologinya saja.
Ada beberapa jenis hewan terbang seperti burung (unggas) dan serangga serta beberapa mamalia seperti tupai terbang dan oppossum. kemudian ada beberapa jenis kadal, ada juga jenis-jenis ikan tertentu yang juga dapat meluncurkan tubuhnya secara singkat ke udara. Tapi, dari semuanya itu, hewan jenis apakah yang lebih tepat untuk mewakili obyek-obyek misterius tersebut? Merlihat dari bentuk-nya saja, dapat diperkirakan jika benda tersebut bukan merupakan penggambaran menganai makhluk hidup jenis apapun. Seharusnya para sarjana tidaklah perlu terlalu memaksakan dirinya untuk terlalu ngotot menyebutkan bahwa obyek-obyek tersebut merupakan penggambaran dari suatu spesies hewan. Kini, saatnya kita harus sedikit membuka pikiran mengenai ketidakmungkinan prasejarah menjadi sesuatu yang mungkin saja terjadi.
Anak kecil sekali pun tidak akan mengimajinasikan obyek itu sebagai burung apabila diperlihatkan kepadanya. Mungkin, mereka akan lebih suka menyebutnya sebagai "mainan" berbentuk pesawat terbang. Walaupun demikian, sesungguhnya masih terlalu sulit bagi kita untuk mengidentifikasi/menentukan obyek apakah yang diukir oleh para pemahat-pemahat masa silam ini. Apakah benar artifak-artifak ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa peradaban prasejarah telah memasuki zaman aeronautika? mungkin masih sangat sulit untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar memuaskan.
Diatas ini adalah gambar dari artifak membingungkan tersebut. Jika kita perhatikan, struktur dari benda ini benar-benar telihat seperti kerangka sebuah pesawat terbang modern. Dimana disana kita bisa melihat secara jelas bentuk dari kedua sayapnya, dan bagian depan yang mirip dengan moncong pesawat terbang pada umumnya. Hal itu berlaku juga pada bagian belakangnya, dimana tidak ada perbedaan bentuk yang terlalu mencolok dengan bentuk posisi kemudi di bagian belakang pesawat modern. Mari kita perhatikan lagi sebuah cekungan kecil diantara kepala dan badan obyek tersebut. Saya tidak terlalu ngotot untuk menyebutnya sebagai pusat kendali/kokpit, dimana biasanya sang pilot dengan gagah-nya duduk di tempat itu. Lalu kita perhatikan bagian bawahnya, ada dua citra terlihat disana, yang satu berbentuk setengah lingakaran (tidak sempurna) dan yang satunya lagi agak sedikit memanjang hingga kebelakang tubuh obyek. Disini, saya juga tidak terlalu ngotot untuk menyebut citra setengah lingkaran tersebut sebagai roda, dimana pada setengah bagiannya lagi masuk kedalam badan pesawat. Sepertinya, memang sebuah rodalah yang kira-kira dapat mewakilinya. Lalu untuk citra yang satunya lagi, masih sangat sulit untuk ditentukan.
Bila kita mengidentifikasi artifak tersebut seperti diatas, maka kita akan semakin yakin bahwa benda kuno itu tidak sekalipun dapat mewakili bentuk dari suatu jenis spesies hewan, sehingga sebutan zoomorpic sepertinya tidaklah terlalu tepat untuk menyebutnya. Menurut pandangan saya pribadi, tidak ada salahnya kita berspekulasi bahwa masyarakat prasejarah yang sebenarnya tidaklah terlalu seprimitif yang kita bayangkan sebelumnya. Saya percaya, sebenarnya kita hanyalah mengulang sejarah dan menemukan kembali apa yang telah ditemukan oleh nenek moyang (tahu kan maksud saya?). Tentunya pernyataanku ini bukan tanpa dasar sama sekali. Bagi teman-teman yang sering mengikuti artikel di blog-ku ini, dapat kalian lihat sendiri banyaknya temuan prasejarah aneh dan misterius, namun juga begitu canggih. Para sarjana pun dibuat pusing oleh hal ini, dan mereka sering menyebut benda-benda canggih masa silam itu sebagai "keganjilan prasejarah".
Menurut pandangan masyarakat umum, awal 1900-an merupakan titik awal dari perkembangan menuju era transportasi udara setelah Wright bersaudara berhasil mengembangkan konsep pesawat terbang berkekuatan mesin pertama pertama di dunia yang mereka namakan Kitty Hawk. Tapi itu tidak menurutku, sebab saya yakin bahwa ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita sebenarnya telah memasuki zaman nuklir dan telah mampu mengembangkan teknologi dirgantara/aeronautika yang canggih. Bahkan saya pun yakin jika mereka telah berhasil menemukan dan menggunakan peralatan listrik. Mungkin sebagian dari teman-teman menganggap pandanganku ini terlalu imajinatif dan gila. Tapi, jika kita rajin membaca beberapa referensi/sumber yang ada dan sekaligus mau membuka pikiran yang menyumbat ini, niscaya mungkin akan tercerahkan.
Sudah terlalu banyak informasi yang kita dapatkan mengenai mesin-mesin terbang masa silam seperti ini. Mulai dari catatan kitab suci di daratan India hingga ke wilayah Benua Amerika. Info-info itupun dipertegas dengan temuan-temuan arkeologi yang sebagaimana kita ketahui sangat banyak dan tersebar rata dari berbagai penjuru dunia.
Banyak lukisan-lukisan purbakala yang terukir pada Gua, dan umumnya menggambarkan sesuatu yang diluar dugaan kita. Para pelukis-pelukis gua itu menggambarkan sesuatu yang membingungkan, benda-benda terbang yang aneh, lengkap dengan para pengemudinya yang menggunakan helm logam. Apakah mereka menggambarkan secara kebetulan saja dan sesuai dengan imajinasi mereka? saya katakan itu tidaklah mungkin. Sebab lukisan-lukisan ini hampir bisa ditemukan diseluruh wilayah di bumi ini. Mungkin untuk yang satu ini, akan saya uraikan lebih jauh di artikel selanjutnya mengenai "teori astronot kuno" yang dikemukakan oleh beberapa penulis nonfiksi terkenal seperti Zacharia Sitchin, Burak Eldem, Robert K.G.Temple maupun Erich Von Daniken.
Bandara Juanda Pintu Gerbang Utama Surabaya Dan Jawa Timur.
Bandara Juanda.
Bandara Juanda Surabaya,berada sekitar 20 kilometer selatan surabaya menuju sidoarjo yang secara administratif berada di wilayah kecamatan kedati,Kab.sidoarjo.Suarabaya yang penduduknya sekitar 2,6 jta orang adalah ibukota propinsi jawa timur dan merupakan kota terbesar kedua setelah jakarta.
Dengan klarifikasi bandara kelas 1,bandara juanda sanggup didarati pesawat boeing 747 dengan landasan mencapai 3000 M,peran bandara juanda akan semakin penting dengan meningkatnya peranan surabaya berkaitan dengan peningkatan kegiatan ekonomi.oleh karena itu pengembangan bandara juanda sangat diperlukan guna untuk dapat memberikan jasa pelayanan sesuai dengan tututan masa kini.
Sejarah singkat Bandara Juanda.
Bandara udara juanda di bangun sejak tahun 1959 dan diresmikan penggunanya oleh Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1964 dengan sebutan pangkalan udara TNI-AL ( Lanundal Juanda ).pada awalnya dipergunakan untuk keperluan militer,namun sejalan dengan perkembangan jaman dan meningkatnya kebutuhan maka bandara ini berkembang pula untuk penerbangan sipil.
perkembangan penerbangan sipil yang semakin meningkat menyebabkan meningkatnya kesibukan TNI-AL.Tahun 1981 penerbangan sipil di lanudal juanda di alihkan pengelolaanya dari Dephamkam Kepada Dephub,dengan pengolahan bandara juanda diserahkan pada Direktorat Perhubungan Udara sampai tahun 1984.
Sejak tanggal 1 januari 1985 pengolahan bandara diserahkan kepada Perum Angkasa Pura.Tahun 1986 Perum Angkasa Pura berubah menjadi Perum Angkasa Pura I.
Dibawah pengolahan Pt.Angkasa Pura I bandara juanda telah melakukan perubahan -perubahan dan mengalami perkembangan di antaranya, tanggal 26 juli 1985 ditetapkan sebagai bandara Ekspor/Impor.pada tanggal 12 desember 1987 di buka pelayanan penerbangan internasional seperti singapura,Hongkong,Taipe dan Manila dengan Transit bandara soekarno-Hatta.
Setahun berikutnya pada tanggal 1 Oktober 1988 dilayani kedatangan Internasional Khusus custum.Pada tahun 1988 bandara juanda dinyatakan sebagai pintu masuk bebas visa bagi wisata asing.pada tanggal 26 mei 1990 dilakukan peresmian VIP Room oleh bapak Sudharmono,SH. 24 desember 1990 Menteri Perhubungan Ir.Aswar Anas meresmikan terminal Internasional oleh sekaligus pembukaan penerbangan Internasional perdana.pada bulan desember 1991 Singapura Airlines dan China Sounthern Air membuka jalur pernerbangan ke singapura dan Canto( China ).
Terminal Bandara Juanda.
Secara keseluruhan terminal bandara juanda mencapai 28.088 m2 dengan kapasitas total 5,4 juta penumpang/tahun.bandara juanda memiliki 3 terminal yaitu terminal domestik, Internasional dan terminal Cargo.
1.Untuk terminal domestik terminal seluas 20.131 M2. Ini dapat melayani hingga 4 juta penumpang/tahun.
2.Untuk terminal Internasional, yang berkapasitas 1,4 juta penumpang/tahun,mencakup bangunan seluas 7.957 M2.
3.Untuk terminal Cargo terletak di sebelah barat banda dengan luas 9.200 M2.
Selain Terminal-terminal di atas,bandara juanda juga memliki terminal VIP yang terletak di sebelah timur terminal Internasional.Terminal ini Khusus di gunakan Untuk kedatangan maupun keberangkatan Tamu Khusus atau Tamu bandara.
Rute Tujuan Penerbangan.
Dengan waktu operasi dari jam 06.00-24.00 WIB.Bandara Juanda melayani 19 maskapai domestik maupun internasional.
Penerbangan domestik yang melayani Rute Juanda antara lain...
1.Garuda Indonesia.
2.Lion Air.
3.Mandala.
4.Bouraq.
5.Merpati.
6.Batavia Air.
7.Star Air.
8.Pelita Air.
9.CitiLink.
10.Adam Air.
11.AirFast.
12.Bali Air.
13.Trigana Air.
14.Jatayu Air.
15 X-press Celebes.
Untuk maskapai yang melayani rute Internasional diantaranya...
1.Garuda Indonesia.
2.Malaysia Air.
3.Bouraq.
4.Merpati.
5.Lion Air.
6.Royal Brunei.
7.Singapore Air.
8.Eva Air.
9Chatay Pasific.
Fasilitas Bandara Juanda.
Sebagaimana layaknya bandara Internasional.bandara juanda di lengkapi dengan fasilitas layanan yang cukup lengkap bagi para penumpang domestik maupun internasional.antara lain lahan parkir,Transportasi,Jasa Keimigrasian,Bank,Cafetaria,Money Changer,ATM dan Counter Hotel dan wisata.
Airbus A380 Pesawat Semewah Hotel.
Airbus menjanjikan pesawat yang sanggup merevolusi penerbangan udara.A380 dengan kapasitas
yang lebih banyak , kursi yang lebar, lebih nyaman untuk kaki di bandingkan pesawat jumbo-jet sekarang.
Sebuah pesawat jumbo seharga US$ 275 juta manjajikan kemewahan sebuah penerbangan udara,revolusi penerbangan udara bahkan diperlukan pabrik yang lebih besar untuk mambangunnya.kabinnya lebih berupa hotel terbang dibanding disebut pesawat terbang.fasilitas sebuah hotel berbintang 5 yang anda butuhkan ada di pesawat ini mulai dari bar dengan live musik, pusat kebugaran,tempat tidur, TV/video pribadi bahkan kamar mandi berpancuran dengan air panas dan air dingin.
Didesain dengan konsep triple deck,yang terdiri dari deck atas, deck utama dan deck bawah.deck di atas sanggup mencapai 102 penumpang kelas bisnis dan 103 kelas ekonomi.untuk deck utama terdiri dari 22 penumpang dan 328 kelas ekonomi.sedangkan deck bawah untuk cargo yang sanggup manampung 12 pallet.
Pesawat terbesar di dunia ini mulai di rakit di toulese,prancis 7 mei 2004 yang lalu yang diresmikan oleh perdana menteri jean-pierre raffarin.
Untuk pembuatan ini sudah merupakan hal yang luar biasa. pesawat yang memiliki panjang 73 M memusatkan perakitan di toulouse.dengan setiap bagian dibuat di negara yang berbeda-beda.perancis mengerjakan kubah radar, potongan hidung, badan tengah pesawat dan wing box. spanyol menggarap ekor pesawat dan perut tengah pesawat.inggris membangun sayap selebar 79,8 M dan jerman membuat ekor vertikal dan buritan.
Para pengamat penerbangan memperkirakan, pesawat A380 diperkirakan akan merevolusi industri penerbangan.hal ini terbukti pada telah terdaftarnya 11 maskapai yang mencapai 129 pesanan.sejak paris show 2003 seperti Air France, Emirates, Federal Express,ILFC,Korea Air,Qatas,Qatar Airways.Untuk Asia Tenggara Malaysia Airlines dan Singapore Airlines.
Airbus A380 Dengan mesin terbaru Trent 900 Rolls-Royce atau GP7200 Engine Alliance dengan rata-rata bahan bakar mesinnya lebih hemat 20% di bandingkan dengan pesawat jumbo-jet sekarang.A380 Dapat menjangkau jarak sejauh 16.800 KM tanpa henti dan biaya operasionalnya pun lebih murah 17% untuk penumpang dan 30 % untuk pesawat cargo.
yang lebih banyak , kursi yang lebar, lebih nyaman untuk kaki di bandingkan pesawat jumbo-jet sekarang.
Sebuah pesawat jumbo seharga US$ 275 juta manjajikan kemewahan sebuah penerbangan udara,revolusi penerbangan udara bahkan diperlukan pabrik yang lebih besar untuk mambangunnya.kabinnya lebih berupa hotel terbang dibanding disebut pesawat terbang.fasilitas sebuah hotel berbintang 5 yang anda butuhkan ada di pesawat ini mulai dari bar dengan live musik, pusat kebugaran,tempat tidur, TV/video pribadi bahkan kamar mandi berpancuran dengan air panas dan air dingin.
Didesain dengan konsep triple deck,yang terdiri dari deck atas, deck utama dan deck bawah.deck di atas sanggup mencapai 102 penumpang kelas bisnis dan 103 kelas ekonomi.untuk deck utama terdiri dari 22 penumpang dan 328 kelas ekonomi.sedangkan deck bawah untuk cargo yang sanggup manampung 12 pallet.
Pesawat terbesar di dunia ini mulai di rakit di toulese,prancis 7 mei 2004 yang lalu yang diresmikan oleh perdana menteri jean-pierre raffarin.
Untuk pembuatan ini sudah merupakan hal yang luar biasa. pesawat yang memiliki panjang 73 M memusatkan perakitan di toulouse.dengan setiap bagian dibuat di negara yang berbeda-beda.perancis mengerjakan kubah radar, potongan hidung, badan tengah pesawat dan wing box. spanyol menggarap ekor pesawat dan perut tengah pesawat.inggris membangun sayap selebar 79,8 M dan jerman membuat ekor vertikal dan buritan.
Para pengamat penerbangan memperkirakan, pesawat A380 diperkirakan akan merevolusi industri penerbangan.hal ini terbukti pada telah terdaftarnya 11 maskapai yang mencapai 129 pesanan.sejak paris show 2003 seperti Air France, Emirates, Federal Express,ILFC,Korea Air,Qatas,Qatar Airways.Untuk Asia Tenggara Malaysia Airlines dan Singapore Airlines.
Airbus A380 Dengan mesin terbaru Trent 900 Rolls-Royce atau GP7200 Engine Alliance dengan rata-rata bahan bakar mesinnya lebih hemat 20% di bandingkan dengan pesawat jumbo-jet sekarang.A380 Dapat menjangkau jarak sejauh 16.800 KM tanpa henti dan biaya operasionalnya pun lebih murah 17% untuk penumpang dan 30 % untuk pesawat cargo.
Terbang Layang Dengan Gantole ( Capung ).
Terbang Layang Dengan Gantole.
Olahraga gantole ini terbilang populer di masyarakat.masuk ke indonesia sekitar tahun 1977.semula namanya hang gliding .oleh ahli bahasa aton muliono di terjemahkan sebagai layang gantung.
Adalah wiweko soepono,tokoh penerbang indonesia sebagai pembawa hand gliding ke tanah air.wiweko menyerahkan peralatan hang gliding kepada Ir.Herudi.oleh herudi diserahkan kepada beberapa mahasiswa Teknik Fisika Falkutas ITB.
Di ITB inilah peralatan Hang giliding di buat duplikatnya.setelah itu diterbangkan secara
otodidak di bukit lagarda,cimahi kabupaten bandung.pada tanggal 5 juli 1977 mahasiswa ITB Ervan Ibrahim tercatat sebagai orang pertama yang berhasil menerbangkan layang gantung ini,walaupun dengan jarak yang tidak begitu tinggi.
Tanggal 22 juli 1977,ervan dan kawan-kawan membentuk klub layang gantung pertama.namanya Gantole.Nama gantole sendiri di ambil dari bahasa bugis yang artinya Capung.Nama gantole tidak lain atas saran Ahmad Kalla ( Adik Jusuf Kalla Wakil Presiden RI ) yang merupakan salah satu perintis olahraga ini di indonesia.
Era Tahun 1985 - 1995 dapat di sebut sebagai masa maraknya olah raga ini.gantole masuk masuk sebagai cabang yang di pertandingan dalam PON XI.
Bagian Gantole.
1. Harness.
2. Sayap.
3.Control Bar.
Harness sendiri letaknya menempel pada badan penerbang gantole dan sewaktu terbang di bawahnya membentuk kantong semacam kepompong kaki masuk kedalamnya dan kedua tangan memegang Base Bar.
Sayap Gantole terdiri dari Dua batang leading edge,satu batang leading Cross bar dan Satu set Control Bar serta satu batang kill.leading edge merupakan batang penguat sayap yang letaknya paling depan sedangkan Cross Bar terletak melintang antara pertengahan leading edge dengan Kill.
Satu Set Control bar terdiri dari dua buah down Tabe dengan panjang sama dan satu batang base bar membentuk segitiga sama kaki.dua down tabe posisinya bediri,di pegang bila atlit gantole mau meloncat.sedangkan base bar posisinya melintang di bawah guna pengemudi bila gantole sedang terbang.
SPESIFIKASI GANTOLE.
Panjang Leading edge
( Sebelah Sayap ) : 5,5 M.
Berat : 20 - 30 Kg.
Tinggi ( Panjang )
Down Tube : 1,7 M.
Pajang Base Bar : 1,4 M.
Pajang Kill : 3,6 M.
Panjang Gantole
Sudah Dilipat : 3,6 M.
Olahraga gantole ini terbilang populer di masyarakat.masuk ke indonesia sekitar tahun 1977.semula namanya hang gliding .oleh ahli bahasa aton muliono di terjemahkan sebagai layang gantung.
Adalah wiweko soepono,tokoh penerbang indonesia sebagai pembawa hand gliding ke tanah air.wiweko menyerahkan peralatan hang gliding kepada Ir.Herudi.oleh herudi diserahkan kepada beberapa mahasiswa Teknik Fisika Falkutas ITB.
Di ITB inilah peralatan Hang giliding di buat duplikatnya.setelah itu diterbangkan secara
otodidak di bukit lagarda,cimahi kabupaten bandung.pada tanggal 5 juli 1977 mahasiswa ITB Ervan Ibrahim tercatat sebagai orang pertama yang berhasil menerbangkan layang gantung ini,walaupun dengan jarak yang tidak begitu tinggi.
Tanggal 22 juli 1977,ervan dan kawan-kawan membentuk klub layang gantung pertama.namanya Gantole.Nama gantole sendiri di ambil dari bahasa bugis yang artinya Capung.Nama gantole tidak lain atas saran Ahmad Kalla ( Adik Jusuf Kalla Wakil Presiden RI ) yang merupakan salah satu perintis olahraga ini di indonesia.
Era Tahun 1985 - 1995 dapat di sebut sebagai masa maraknya olah raga ini.gantole masuk masuk sebagai cabang yang di pertandingan dalam PON XI.
Bagian Gantole.
1. Harness.
2. Sayap.
3.Control Bar.
Harness sendiri letaknya menempel pada badan penerbang gantole dan sewaktu terbang di bawahnya membentuk kantong semacam kepompong kaki masuk kedalamnya dan kedua tangan memegang Base Bar.
Sayap Gantole terdiri dari Dua batang leading edge,satu batang leading Cross bar dan Satu set Control Bar serta satu batang kill.leading edge merupakan batang penguat sayap yang letaknya paling depan sedangkan Cross Bar terletak melintang antara pertengahan leading edge dengan Kill.
Satu Set Control bar terdiri dari dua buah down Tabe dengan panjang sama dan satu batang base bar membentuk segitiga sama kaki.dua down tabe posisinya bediri,di pegang bila atlit gantole mau meloncat.sedangkan base bar posisinya melintang di bawah guna pengemudi bila gantole sedang terbang.
SPESIFIKASI GANTOLE.
Panjang Leading edge
( Sebelah Sayap ) : 5,5 M.
Berat : 20 - 30 Kg.
Tinggi ( Panjang )
Down Tube : 1,7 M.
Pajang Base Bar : 1,4 M.
Pajang Kill : 3,6 M.
Panjang Gantole
Sudah Dilipat : 3,6 M.
Derby Airport in Australia.
Derby Airport.
Airport History
Derby has contributed to the aviation history of Australia since the first days of Norman Brearly's West Australian Airways.
On 9th August 1922, a site for the Derby airport was selected. This site, now the aircraft aerodrome near town, met the demands of aviation for the next 68 years. For a number of years the salt marsh adjacent to the town was used as a convenient airstrip provided the tide was out!
In 1938 the introduction of a United Kingdom to Darwin flying boat service and a land plane link from Darwin to Sydney began. A through route from Darwin to Perth was established by MacRobertson Miller Aviation Co (MMA), which had taken over from Western Australian Airways in 1934.
In May 1941 an Advanced Operational Base was established by the RAAF and the aerodrome came under military control. It became an important base for Allied operations when Japan entered the war and made a series of attacks to the North West, including an air raid on Derby and the devastating attack on Broome.
Drama has been part of Derby's aviation history with events such as the downing of the Southern Cross at Glenelg River north of Derby on the 30th March 1929, flown by Kingsford Smith. This became known as the Coffee Royal Affair, as it was speculated, and later disproved, that Kingsford Smith had staged the forced landing as a publicity stunt.
The Royal Flying Doctor Service (Victorian Section) was incorporated on 23rd August 1934. It provided an essential service that continues today, with modern aircraft servicing all the Kimberley from the airport and now administered by RFDS (Western Operations).
In 1989, civil operations were shifted to the Curtin Civil Terminal at Curtin RAAF Base, and the local airport reduced to light aircraft status on 1 July 1989.
Since then, all civil operations have returned to Derby Airport and services include Regular Public Transport (RPT, Charter and Royal Flying Doctor Service operations.
Copy a portion in>>> www.sdwk.wa.gov.au/.../ derbyairport.html
History Airplane.
To say simply that the Wright brothers invented the airplane would be disrespectful to the long years of scientific research and hard work put in by Orville and Wilbur Wright. Their story reads like the proverbial American dream where two honest, hardworking men, armed with nothing but their intelligence and determination made one of the most significant discoveries of the twentieth century.
Wilbur and Orville were born to Milton and Susan Wright. It was their father who initiated and encouraged the brothers’ interest in airplanes. In 1878 Milton Wright returned from a work related trip with a rubber band powered helicopter. The Wright brothers even at a young age immediately studied the model helicopter and started building replicas.
Around 1896, when the Wright brothers were successfully managing their bicycle company, the newspapers started carrying many stories about the invention of gliders and inventors who were trying to fly. This triggered the imagination of both brothers. They noticed that all the aircrafts developed till then lacked controls.
To start their venture, Wilbur wrote a letter to the Smithsonian Institution requesting for all the information on flight experiments that they had. Subsequently, in 1899 the brothers developed a simple system to warp the wings of a biplane. Warping meant that the plane could be controlled and rolled left or right as required. They tested this system on a series of gliders they developed.
The Wright brothers used Kitty Hawk, North Carolina to test the various models they built. They launched two gliders in 1900 and 1901 but were disappointed with the performance due to lack of lift and control. The brothers went back to the drawing board and spent the winter of 1901-1902 designing a wind tunnel and conducting experiments to figure out the best wing shape. This allowed them to build a glider with plenty of lift. Towards the end of 1902 they launched their third glider with roll, pitch and yaw controls.
The next winter was spent in designing a gasoline engine small and powerful enough to propel an aircraft. Their mechanic Charlie Taylor was a great help in designing the engine. They also designed the first ever airplane propellers and finally built a new, powered aircraft.
However, the road to success was not so easy. They suddenly found themselves competing with Samuel Langley, Secretary of the Smithsonian Institution. He had also built a powered aircraft and had investment funding to help his ventures. Luckily for the Wright brothers, Langley’s two attempts at launching his airplane failed miserably and put him out of competition.
Other problems were not quite so easily resolved. The weather misbehaved and there was nothing much they could do about it. Something in their control however, was the propeller. The propeller shafts broke on the first attempt and the drive sprockets were too loose on the second try. On the third try one of the propeller shafts cracked. Orville finally resolved the problem by using spring steel to make a new set of shafts. The aircraft was ready and they called it the Flyer.
After two unsuccessful attempts, the Wright brothers made aeronautical history on December 17th, 1903. Orville Wright took the Flyer for a 12 second sustained flight covering 120 feet. In the next few hours the brothers made 4 flights the longest of which was 852 feet.
Thus, the Wright brothers invented the airplane and much more!
Soekarno-Hatta Airport In Indonesia.
History.
Between 1928–1974, the Kemayoran Airfield intended for domestic flights was considered too close to an Indonesian military airfield, Halim Perdanakusuma. The civil airspace in the area became narrow, while air traffic increased rapidly, which risked international air traffic. In 1969, a Senior Communication Officers meeting in Bangkok expressed this concern.
In the early 1970s, with the help of USAID, eight potential locations were analyzed for a new international airport, namely Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, South Tangerang and North Tangerang. Finally, the North Tangerang airspace was chosen and it was also noted that Jonggol could be used as an alternative airfield. Meanwhile the Indonesian government started to upgrade the Halim Perdanakusumah airfield to be used for domestic flights.
Between 1974–1975, a Canadian consultant consortium consisting of Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., and Searle Wilbee Rowland (SWR), won a bid for the new airport feasibility project. The feasibility study started on 20 February 1974 with a total cost of 1 million Canadian Dollars. The one-year project proceed with an Indonesian partner represented by PT Konavi. By the end of March 1975, the study revealed a plan to build three inline runways, a perforated road, three international terminal buildings, three domestic buildings and one building for Hajj flights. Three stores for the domestic terminals would be built between 1975–1981 with a cost of US$ 465 million and one domestic terminal including an apron from 1982–1985 with a cost of US$ 126 million. A new terminal project, named the Jakarta International Airport Cengkareng (code: JIA-C), began.
Project Phases.
1975 – 1977 To dispense the land and also set up the province border was time needed. Schipol, Amsterdam was asked for opinion which according to them is rather expensive and over design. The cost raised up high because of using decentralization system. The Centralization system was a suitable one.
The Team decided on a decentralization system like the one used at Orly West Airfield, Lyon Satolas,, Langen-Hagen-Hanover and Kansas City Airport module system was adopted because it is simple and effective.
12 November 1976.
The building project tender was won by the French Aeroport de Paris.
18 May 1977.
The Final contract design was agreed on by the Indonesian Government and Aeroport de Paris with a fixed cost of about 22,323,203 French francs and Rp. 177,156,000 equivalent to 2,100,000 francs. The work was scheduled to take 18 months. The government appointed PT. Konavi as the local partner.
The result was:
• 2 inline runways including taxiways
• Perforate roads: 1 at the east, another at the west for airport services. The west was closed to public use.
• 3 terminals which can accommodate 3 million passengers per year.
• 1 module for international flights and 2 for domestic.
• An Airport inside a garden was selected as an image.
20 May 1980.
A four year contract was signed. Sainraptet Brice, SAE, Colas together with PT. Waskita Karya as the developer. Ir. Karno Barkah MSc. was appointed the JIA-C Project Director, responsible for the airport's construction. [3]
1 December 1980.
The Indonesian government signed a contract for Rp. 384,8 billion with developers. The structure cost would be : Rp. 140,450,513,000 from APBN (national budget), 1,223,457 francs donated by France and US$ 15,898,251 from the USA.
1 December 1984.
The airport structure was complete.
1 May 1985.
The second terminal was started and launched on 11 May 1992.
Airlines and destinations.The following airlines operate from Soekarno-Hatta International Airport (as of March 2008):
Terminal 1
Terminal 1A.
Indonesia AirAsia (Bali-Denpasar, Balikpapan, Batam, Medan, Padang, Solo, Surabaya)
Lion Air (Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Banjarmasin, Batam, Bau Bau, Bengkulu, Bima, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jambi, Kaimana, Kendari, Kupang, Makassar, Manado, Mataram, Medan, Padang, Palu, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Sorong, Sumbawa, Surabaya, Tahuna, Tarakan, Tual, Yogyakarta)
Wings Air (Denpasar/Bali, Fak Fak, Luwuk, Manado, Mataram, Medan, Palembang, Pekanbaru, Sorong, Ternate, Solo, Yogyakarta)
Terminal 1B.
Batavia Air (Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jambi, Kupang, Manado, Medan, Padang, Palembang, Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta)
Kartika Airlines (Balikpapan, Batam, Ipoh, Johor Bahru, Medan, Surabaya, Tarakan)
Sriwijaya Air (Balikpapan, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Bengkulu, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jambi, Malang, Medan, Padang, Palangkaraya, Palembang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya, Tanjung Pandan)
Terminal 1C.
Airfast Indonesia (domestic routes)
Mandala Airlines (Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar, Jambi, Makassar, Malang, Medan, Padang, Pekanbaru, Semarang, Solo, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta)
Former users
Adam Air (Air certificate revoked)
Citylink (Temporary closure (until mid 2008))
Terminal 2.
Check in desks in terminal 2
Terminal 2D.
AirAsia (Kuala Lumpur)
Air China (Beijing, Xiamen)
Air India (Mumbai, Singapore)
All Nippon Airways (Singapore, Tokyo-Narita)
Cathay Pacific (Hong Kong)
Cebu Pacific (Manila)
China Airlines (Hong Kong, Taipei-Taiwan Taoyuan)
China Southern Airlines (Beijing, Guangzhou)
Emirates (Colombo, Dubai, Kuala Lumpur, Singapore)
Etihad Airways (Abu Dhabi)
EVA Air (Taipei-Taiwan Taoyuan)
Japan Airlines (Tokyo-Narita)
Korean Air (Seoul-Incheon)
Kuwait Airways (Kuala Lumpur, Kuwait)
Lufthansa (Frankfurt, Singapore)
Malaysia Airlines (Kuala Lumpur)
Philippine Airlines (Manila, Singapore)
Qantas (Perth, Sydney)
Saudi Arabian Airlines (Jeddah, Kuala Lumpur, Riyadh, Singapore)
Shenzhen Airlines (Nanning)
Singapore Airlines (Singapore)
Thai Airways International (Bangkok-Suvarnabhumi, Singapore)
Valuair (Singapore)
Viva Macau (Macau)
Yemenia (Dubai, Kuala Lumpur, Sana'a)
Former users.
Adam Air (Air certificate revoked)
Terminal 2E.
Baggage claim at terminal 2
Batavia Air (Guangzhou, Kuching)
Garuda Indonesia (Bangkok-Suvarnabhumi, Beijing, Chennai, Dubai, Guangzhou, Ho Chi Minh City, Hong Kong, Hyderabad [Starts June 2008], Jeddah, Kuala Lumpur, Nagoya-Centrair, Naha [begins August 2008], Osaka-Kansai, Perth, Riyadh, Shanghai-Pudong, Singapore, Tokyo-Narita)
Indonesia AirAsia (Bangkok-Suvarnabhumi, Johor Bahru, Kota Kinabalu, Kuala Lumpur, Kuching, Penang)
KLM Royal Dutch Airlines (Amsterdam, Kuala Lumpur)
Lion Air (Ho Chi Minh City, Kuala Lumpur, Penang, Singapore)
Merpati Nusantara Airlines (international routes)
Qatar Airways (Doha, Singapore)
Royal Brunei Airlines (Bandar Seri Begawan)
Terminal 2F.
Arrival wing terminal 2 F
Merpati Nusantara Airlines (domestic routes)
Garuda Indonesia (Ampenan, Balikpapan, Banda Aceh, Banjarmasin, Batam, Biak, Denpasar/Bali, Jayapura, Makassar, Manado, Medan, Padang, Palangkaraya, Palembang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya, Timika, Yogyakarta).
Juanda Airport Surabaya In Indonesia.
Juanda International Airport (Indonesian: Bandar Udara Internasional Juanda) (IATA: SUB, ICAO: WARR), is an airport located in Sidoarjo, a small town near Surabaya, East Java. This airport serves Surabaya and surrounding areas. Juanda International Airport is operated by PT Angkasa Pura I. Juanda International Airport is the second biggest airport in Indonesia, after Jakarta Soekarno-Hatta International Airport.
Airport development.
A new three-story terminal building was opened on November 10, 2006. The building has a capacity of 8 million passengers per year and features a 51,500 m² domestic passenger terminal, a 20,200 m² international terminal and 11 airbridges. There is a separate 5,300 m² administration building, including a 15-story control tower, and a 2-story cargo building with domestic and international cargo sections, capable of handling 120,000 tons of cargo a year.
The new apron with an area of 148,000 m² can handle 18 aircraft simultaneously, including 2 wide body, 11 medium and 5 small aircraft. There are two 3000x30m parallel taxiways, including 5 exit taxiways (30m wide) and 4 connecting taxiways (also 30m).
The previous terminal buildings are no longer used.
Airlines and destinations.
The following destinations are served from Surabaya (as of November 2007):
Terminal A.
Domestic.
Garuda Indonesia: Domestic departures (Denpasar/Bali, Jakarta)
International
AirAsia (Johor Bahru, Kuala Lumpur)
Indonesia AirAsia (Kuala Lumpur)
Cathay Pacific (Hong Kong)
EVA Air (Taipei-Taoyuan)
Garuda Indonesia (Singapore)
Jetstar Asia Airways
Valuair (Singapore)
Kartika Airlines (Johor Bahru)
Lion Air (Kuala Lumpur) [1]
Merpati Nusantara Airlines (Kuala Lumpur)
Singapore Airlines
SilkAir (Singapore)
Terminal B.
Domestic.
AirAsia
Indonesia AirAsia (Jakarta)
Airfast Indonesia (Jakarta, Ujung Pandang)
Batavia Air (Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta, Kupang, Mataram, Palangkaraya, Pontianak, Tarakan, Ujung Pandang, Yogyakarta) [2]
Garuda Indonesia: Domestic arrival (Denpasar/Bali, Jakarta)
Citilink (Batam, Balikpapan)
Kartika Airlines (Balikpapan, Tarakan, Yogyakarta) [3]
Lion Air (Ambon, Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Jakarta, Malang, Mataram, Ujung Pandang, Yogyakarta)
Wings Air (Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jakarta)
Mandala Airlines (Batam, Denpasar/Bali, Jakarta, Malang)
Merpati Nusantara Airlines (Cilacap, Denpasar/Bali, Jakarta, Kupang, Malang, Mataram, Palangkaraya, Pontianak, Ujung Pandang, Yogyakarta)
Sriwijaya Air (Balikpapan, Banjarmasin, Batam [4], Jakarta, Kupang, Semarang, Ujung Pandang)
Accidents and incidents.
On February 21, 2007 Adam Air Flight 172, a Boeing 737 with registration PK-KKV, bends while landing at Surabaya airport. There are no fatalities to the 148 people on board, but six of Adam Air's Boeing 737s are grounded for safety inspections.
Ngurah Rai Airport In Bali Indonesia.
Ngurah Rai International Airport (IATA: DPS, ICAO: WADD), also known as Denpasar International Airport, is located in southern Bali, 13 km south of Denpasar. It is Indonesia's third-busiest international airport, after Jakarta's Soekarno-Hatta International Airport and Surabaya's Juanda International Airport. The airport is located close to the extensive tourist developments of southern Bali; the resort center of Kuta is 2.5 km north of the airport. The airport was previously determined by Transportation Security Administration of the United States of America in 2005 as not meeting the security standards of the International Civil Aviation Administration,[1] however this warning was lifted on 2007-10-11.[2].
This airport is collecting an Airport Improvement Fee of Rp 150,000 per traveller (approximately $17 USD / €12) upon departure. Passengers have to pay cash in Rupiah. Many international travellers also have to pay for an entry visa on-arrival. This costs US$10 for a 7 day stay, and US$25 for a 30 day stay and must be paid in cash[3]. The visas are non-extendable and cannot be converted. There are also a number of countries that require a visa to be organised before arrival, or do not require a visa at all. A list is available here. This is applicable to Indonesia in general and is not specific to Bali.
Domestic Arrival and Departure Terminal Area: 9.039 m²
International Arrival and Departure Terminal Area: 28.630 m²
The parking area is 38.358 m².
The total terminal area is 265.60 Ha.
The Domestic Terminal is located in the old building, while the International Terminal is located in the L shaped terminal. The airport has 17 gates: 3 in the Domestic Terminal, and 14 in the International Terminal. The Domestic Terminal has 35 check in counters, and 2 baggage carousels.
A new airport is proposed to change Ngurah Rai airport in Jembrana regency in western Bali[4].
Airlines and destinations.
The following airlines operate from Ngurah Rai International Airport (as of March 2008):
Passenger Terminal.
Domestic Terminal.
Adam Air (Jakarta)
AirAsia
Indonesia AirAsia (Jakarta)
Batavia Air (Jakarta, Pontianak, Surabaya, Yogyakarta)
Garuda Indonesia (Balikpapan, Jakarta, Jayapura, Makassar, Surabaya, Timika, Yogyakarta)
Citilink (Jakarta, Mataram, Surabaya)
Lion Air (Jakarta, Makassar, Mataram)
Mandala Airlines (Balikpapan, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta)
Merpati Nusantara Airlines (Bandung, Bima, Dili, Jakarta, Kupang, Mataram, Maumere, Surabaya, Waingapu)
Pelita Air (Ende, Kupang, Maumere, Labuan Bajo, Waingapu)
Sriwijaya Air (Jakarta, Surabaya)
Wings Air (Mataram, Surabaya, Yogyakarta)
International Terminal.
AirAsia (Kuala Lumpur)
Indonesia AirAsia (Kota Kinabalu, Kuching, Kuala Lumpur) [begins 2 May]
Airnorth (Darwin)
Cathay Pacific (Hong Kong)
China Airlines (Taipei-Taoyuan)
Continental Airlines
Continental Micronesia (Guam)
Garuda Indonesia (Darwin, Melbourne, Nagoya-Centrair [resumes 2 June], Osaka-Kansai, Perth, Seoul-Incheon, Singapore, Sydney, Tokyo-Narita)
Japan Airlines (Osaka-Kansai, Tokyo-Narita)
Jetstar Asia Airways
Valuair (Singapore)
Korean Air (Seoul-Incheon)
Malaysia Airlines (Kuala Lumpur)
Ozjet (Perth)
Qantas (Perth, Singapore)
Jetstar Airways (Melbourne, Sydney)
Qatar Airways (Doha, Kuala Lumpur)
Royal Brunei Airlines (Bandar Seri Begawan)
Singapore Airlines (Singapore)
Skywest (Broome [seasonal])
Thai Airways International (Bangkok-Suvarnabhumi)
Charter airlines.
China Eastern Airlines (Shanghai-Pudong)
Shanghai Airlines (Shanghai-Pudong0
Past airlines and routes.
Airlines still in operations with its terminated routes.
Garuda Indonesia (Abu Dhabi, Adelaide, Amsterdam, Auckland, Bangkok-Suvarnabhumi, Frankfurt, Fukuoka, Hong Kong, Honolulu, Nagoya-Centrair, Taipei)
Malaysia Airlines (Johor Bahru)
Merpati Nusantara Airlines (Balikpapan, Biak, Darwin, Melbourne, Perth, Porthedland, Sumbawa)
Qantas (Darwin, Melbourne, Sydney)
Past airlines with its destinations.
All Nippon Airways (Osaka-Kansai, Tokyo-Narita)
Bouraq Indonesia Airlines (Balikpapan, Surabaya)
EVA Air (Taipei)
Incidents.
February 16, 1998: China Airlines Flight 676 took off from Ngurah Rai. Upon approach to Chiang Kai-shek International Airport the aircraft crashed, killing everyone on board.
Sultan Syarif Qasim II Airport In Pekanbaru Indonesia.
Sultan Syarif Qasim II International Airport (IATA: PKU, ICAO: WIBB) is
an international airport that serves the city of Pekanbaru, Riau,
Indonesia. The airport is often referred as to SSQ II, SSQ or Sultan
Syarif Kasim II International Airport (SSK II), and formerly known as
Simpang Tiga Airport. The name of the airport is obtained from Sultan
Syarif Qasim II which is a pre-independence historical figure from Riau.
The airport serves flights to and from several cities in Indonesia and neighboring countries such as Malaysia and Singapore and some direct flights to Jakarta, Singapore, Kuala Lumpur, Malacca, Medan and Batam. In recent years, as the establishment of the locally-owned Riau Airlines, PKU is also the home base of the airline, servicing into small and regional airports within Riau, Riau Islands, and Jambi.
The airport also the homebase of TNI-AU (Indonesian Air Force) 12th Squadron airbase, a shelter to some Hawk Mk.109s and Mk.209s, and also Sikorsky S-58T Twinpac on the rotor-wing side.
The Provincial Government of Riau is considering to move the airport into a new and convenient place, somewhat outside the city of Pekanbaru. Some locations have been chosen, but the final decision has not been made yet.
Airlines and passengers.
AirAsia
Indonesia AirAsia (Jakarta, Kuala Lumpur [begins 30 Mar, 2008]) )
Garuda Indonesia (Jakarta, Singapore)
Merpati Nusantara Airlines (Jakarta, Medan)
Riau Airlines (Malacca)
The airport serves flights to and from several cities in Indonesia and neighboring countries such as Malaysia and Singapore and some direct flights to Jakarta, Singapore, Kuala Lumpur, Malacca, Medan and Batam. In recent years, as the establishment of the locally-owned Riau Airlines, PKU is also the home base of the airline, servicing into small and regional airports within Riau, Riau Islands, and Jambi.
The airport also the homebase of TNI-AU (Indonesian Air Force) 12th Squadron airbase, a shelter to some Hawk Mk.109s and Mk.209s, and also Sikorsky S-58T Twinpac on the rotor-wing side.
The Provincial Government of Riau is considering to move the airport into a new and convenient place, somewhat outside the city of Pekanbaru. Some locations have been chosen, but the final decision has not been made yet.
Airlines and passengers.
AirAsia
Indonesia AirAsia (Jakarta, Kuala Lumpur [begins 30 Mar, 2008]) )
Garuda Indonesia (Jakarta, Singapore)
Merpati Nusantara Airlines (Jakarta, Medan)
Riau Airlines (Malacca)
Sejarah Singkat Flight Simulator.
FLIGHT SIMULATOR.
Pada perang dunia ke-I dibutuhkan alat untuk menguji aptitude bagi para calon pilot, maka pada tahun 1915 alat seperti ini dibuat untuk menguji kecepatan reaksi terhadap'gangguan' yang diberikan penguji yang digerakkan langsung dengan tangan [dengan cara menggoncang cockpit - seperti pada gambar di bawah] dan terdapat alat perekam gerakan untuk mencatat kecepatan reaksi para kandidat pilot.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist1.jpg
Kemudian perkembangan selanjutnya pada tahun 1927 dengan alat setipe mesin Antoinette menggunakan penggerak elektrik dan mekanik yang terhubung dengan konsol pelatih. Tujuan dari alat ini adalah untuk memutar pesawat pada 'attitude' sesuai dengan respon input dari pilot. Dan pelatih bisa membari efek turbulance/rough air dan memberikan 'problem' pada flight control untuk menguji kecepatan reaksi pilot.
Yang paling sukses dan terkenal pada masa itu adalah LINK TRINER [gambar dibawah] yang dibuat pada tahun 1927.
http://www.indofs.com/sejarah/Link.jpg
Kemudian setelah dirasakan kegunaan akan terbang instrumen, maka mulailah bermunculan alat-alat 'instrument flight trainer' baru yang makin lengkap instrumennya. Kemudian muncul alat 'course plotter' yang dapat mencatat pergerakan pesawat pada sebuah 'chart'.
Dan pada perang dunia ke-II kebutuhan akan simulator ini dirasakan makin penting, baik untuk sang pilot juga untuk para navigator.
Celestial Navigation Trainer pertama [gambar di bawah] dibuat tahun 1941, digunakan untuk berlatih navigasi menggunakan acuan bintang.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist3.jpg
Dan semasa perang dunia ke-II, simulator ini digunakan untuk latihan para crew pesawat, baik latihan mengebom, meninggalkan pesawat dengan parasut, dll. Contohnya adalah Silloth Trainers dari pesawat Halifax [gambar di bawah] yang digunakan untuk 'familiarization training' para crew serta latihan penanganan kerusakan. Semua 'basic flying behaviour', mesin, elektrik dan sistim hidrolik dapat disimulasikan pada alat ini. Dan semua komputasi menggunakan sistim pneumatik.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist4.jpg
Kemajuan besar dalam dunia simulasi pada masa perang dunia ke-II adalah penggunaan Analog Computer atau Differential Analyser [elektronik] yang memungkinkan simulasi berupa respon pesawat terhadap gaya aerodinamik.
Pada tahun 1941 Simulator Elektronik pertama kali dibuat berdasarkan ide F.C. Williams menggunakan metode komputasi D.C. [direct curent] untuk mensimulasikan aerodinamik sederhana sebuah pesawat tempur. Kemudian tahun 1945 simulator yang lebih canggih dibuat. Teknologi selanjutnya adalah ditemukannya teknologi komputasi A.C. dengan frekuensi 50 Hz, dan kemudian 400Hz.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist5.jpg
http://www.indofs.com/sejarah/Hist6.jpg
Kemudian pada tahun 1948 Curtiss-Wright dikontrak untuk membuat 'full-simulator' pesawat Boeing 377 Stratocruiser oleh Pan American Airways. Ini adalah simulator pertama yang dimiliki sebuah Airlines. Dan ternyata Simulator ini terbukti sangat berguna untuk melatih para flight crew dalam melatih prosedur pada kondisi 'emergency'. Terbang rute lengkap dengan menggunakan seluruh fasilitas navigasi bisa dilakukan disimulator ini.
Simulator pesawat jet transport pertama adalah pesawat Comet I oleh perusahaan Redifon untuk BOAC, menggunakan komputer analog 60 Hz dan mengunakan 'control-loading system' yang terkoreksi terhadap airspeed.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist7.jpg
Kemudian tibalah era Simulator Digital, pada tahun 1960 pertama dibuat komputer untuk menghitung dinamika pesawat bernama UDOFT [Universal Digital Operational Flight Trainer]. Kemudian dibuat komputer bernama Link Mark I untuk simulator 'real-time', menggunakan 3 'parallel processor' untuk komputasi aritmatik, 'function generation', dan seleksi radio station.
Kemudian muncul 'visual-system' yang diawali dengan teknologi 'point-light source projection' diawal tahun1960-an. Penggunaan 'Visual system' berwarna pertama kali oleh Redifon pada tahun 1962. Semenjak itu pengembangan simulator diutamakan pada penyempurnaan tampilan gambar.
http://www.indofs.com/sejarah/sim2.jpg
Komputer pertama yang dapat menghasilkan gambar dibuat oleh General Electric Company dengan menggunakan sistim 'patterned ground-plane image'. Kemudian sistim selanjutnya menggunakan objek 3-dimensi. Dan perkembangan grafik 3-dimensi selanjutnya sangat dekat dengan perkembangan perangkat keras komputer.[gambar bawah]. http://www.indofs.com/sejarah/Hist8.jpg
http://www.indofs.com/sejarah/sim3.jpg
Sumber info dari >>> http://www.indofs.com/
Pada perang dunia ke-I dibutuhkan alat untuk menguji aptitude bagi para calon pilot, maka pada tahun 1915 alat seperti ini dibuat untuk menguji kecepatan reaksi terhadap'gangguan' yang diberikan penguji yang digerakkan langsung dengan tangan [dengan cara menggoncang cockpit - seperti pada gambar di bawah] dan terdapat alat perekam gerakan untuk mencatat kecepatan reaksi para kandidat pilot.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist1.jpg
Kemudian perkembangan selanjutnya pada tahun 1927 dengan alat setipe mesin Antoinette menggunakan penggerak elektrik dan mekanik yang terhubung dengan konsol pelatih. Tujuan dari alat ini adalah untuk memutar pesawat pada 'attitude' sesuai dengan respon input dari pilot. Dan pelatih bisa membari efek turbulance/rough air dan memberikan 'problem' pada flight control untuk menguji kecepatan reaksi pilot.
Yang paling sukses dan terkenal pada masa itu adalah LINK TRINER [gambar dibawah] yang dibuat pada tahun 1927.
http://www.indofs.com/sejarah/Link.jpg
Kemudian setelah dirasakan kegunaan akan terbang instrumen, maka mulailah bermunculan alat-alat 'instrument flight trainer' baru yang makin lengkap instrumennya. Kemudian muncul alat 'course plotter' yang dapat mencatat pergerakan pesawat pada sebuah 'chart'.
Dan pada perang dunia ke-II kebutuhan akan simulator ini dirasakan makin penting, baik untuk sang pilot juga untuk para navigator.
Celestial Navigation Trainer pertama [gambar di bawah] dibuat tahun 1941, digunakan untuk berlatih navigasi menggunakan acuan bintang.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist3.jpg
Dan semasa perang dunia ke-II, simulator ini digunakan untuk latihan para crew pesawat, baik latihan mengebom, meninggalkan pesawat dengan parasut, dll. Contohnya adalah Silloth Trainers dari pesawat Halifax [gambar di bawah] yang digunakan untuk 'familiarization training' para crew serta latihan penanganan kerusakan. Semua 'basic flying behaviour', mesin, elektrik dan sistim hidrolik dapat disimulasikan pada alat ini. Dan semua komputasi menggunakan sistim pneumatik.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist4.jpg
Kemajuan besar dalam dunia simulasi pada masa perang dunia ke-II adalah penggunaan Analog Computer atau Differential Analyser [elektronik] yang memungkinkan simulasi berupa respon pesawat terhadap gaya aerodinamik.
Pada tahun 1941 Simulator Elektronik pertama kali dibuat berdasarkan ide F.C. Williams menggunakan metode komputasi D.C. [direct curent] untuk mensimulasikan aerodinamik sederhana sebuah pesawat tempur. Kemudian tahun 1945 simulator yang lebih canggih dibuat. Teknologi selanjutnya adalah ditemukannya teknologi komputasi A.C. dengan frekuensi 50 Hz, dan kemudian 400Hz.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist5.jpg
http://www.indofs.com/sejarah/Hist6.jpg
Kemudian pada tahun 1948 Curtiss-Wright dikontrak untuk membuat 'full-simulator' pesawat Boeing 377 Stratocruiser oleh Pan American Airways. Ini adalah simulator pertama yang dimiliki sebuah Airlines. Dan ternyata Simulator ini terbukti sangat berguna untuk melatih para flight crew dalam melatih prosedur pada kondisi 'emergency'. Terbang rute lengkap dengan menggunakan seluruh fasilitas navigasi bisa dilakukan disimulator ini.
Simulator pesawat jet transport pertama adalah pesawat Comet I oleh perusahaan Redifon untuk BOAC, menggunakan komputer analog 60 Hz dan mengunakan 'control-loading system' yang terkoreksi terhadap airspeed.
http://www.indofs.com/sejarah/Hist7.jpg
Kemudian tibalah era Simulator Digital, pada tahun 1960 pertama dibuat komputer untuk menghitung dinamika pesawat bernama UDOFT [Universal Digital Operational Flight Trainer]. Kemudian dibuat komputer bernama Link Mark I untuk simulator 'real-time', menggunakan 3 'parallel processor' untuk komputasi aritmatik, 'function generation', dan seleksi radio station.
Kemudian muncul 'visual-system' yang diawali dengan teknologi 'point-light source projection' diawal tahun1960-an. Penggunaan 'Visual system' berwarna pertama kali oleh Redifon pada tahun 1962. Semenjak itu pengembangan simulator diutamakan pada penyempurnaan tampilan gambar.
http://www.indofs.com/sejarah/sim2.jpg
Komputer pertama yang dapat menghasilkan gambar dibuat oleh General Electric Company dengan menggunakan sistim 'patterned ground-plane image'. Kemudian sistim selanjutnya menggunakan objek 3-dimensi. Dan perkembangan grafik 3-dimensi selanjutnya sangat dekat dengan perkembangan perangkat keras komputer.[gambar bawah]. http://www.indofs.com/sejarah/Hist8.jpg
http://www.indofs.com/sejarah/sim3.jpg
Sumber info dari >>> http://www.indofs.com/
Langganan:
Komentar (Atom)
JUDUL POSTINGAN
Bandara Internasional Juanda Surabaya, yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur
Bandara Internasional Juanda Surabaya, yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan sekto...
-
Bandara Internasional Juanda Surabaya, yang terletak di Sidoarjo, Jawa Timur, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan sekto...
-
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta. Terletak d...
-
Bandara Internasional Hang Nadim Batam memiliki sejarah panjang yang mencerminkan transformasi Batam dari kawasan industri menjadi pusat lo...










