Tampilkan postingan dengan label sejarah bandara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah bandara. Tampilkan semua postingan

Bandar Udara Adisumarmo – ( SOLO )

         Bandar Udara Adisumarmo (SOC/WRSQ) adalah bandara yang melayani kota Surakarta (Solo) 57108, Jawa Tengah yang dioperasikan PT (Persero) Angkasa Pura I. Bandara ini melayani penerbangan Garuda, Sriwijaya Air, Lion Air, dan Indonesia Air Asia untuk penerbangan Jakarta-Solo Pulang Pergi, dan Silk Air

        Untuk penerbangan Solo-Singapura PP serta Air Asia untuk penerbangan Solo-Kuala Lumpur, di samping penerbangan langsung ke Mekkah atauJeddah, Arab Saudi dikarenakan Solo sebagai kota embarkasi Haji untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY.Sebagaimana bandara yang lain, bandara Adisumarmo ini terletak di luar kota Solo tepatnya di Ngemplak, Boyolali. Bandara ini juga berfungsi sebagai pangkalan TNI AU.

      Sejarah  Bandara ini dulunya bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Bandara ini dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat. Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha).Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh “Penerbangan Surakarta” yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946. 

        Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” yang hanya diperuntukkan penerbangan militer. Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo & Solo-Jakarta-Kemayoran dengan frekuensi 3-kali seminggu.

      Pada tanggal 25 Juli 1977, “Pangkalan Udara Panasan” berubah nama menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo” yang diambil dari nama Adisumarmo Wiryokusumo (adik dari Agustinus Adisucipto).

      Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore.

      Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.

 

Bandara Adisucipto Yogyakarta

Sejarah

Merdeka.com - Sebelum Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dibangun, pesawat yang tiba di Yogyakarta mendarat di Bandara Adisutjipto. Di kalangan wisatawan, bandara itu cukup kecil bila dibandingkan dengan bandara-bandara di kota besar lainnya seperti Bandara Soekarno Hatta, Bandara Juanda, ataupun Bandara Kualanamu.

Keberadaan Bandara Adisutjipto ternyatamempunyai pengaruh cukup besar sebagai basis perjuangan para tentara Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Berikut adalah sekelumit sejarah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Sebelum bernama “Adisutjipto”, landasan terbang itu dulunya dinamakan Pangkalan Udara Maguwo. Tempat itu didirikan pada tahun 1940 dan digunakan tentara Hindia Belanda pada tahun 1942.

Namun saat menjajah Indonesia, Jepang beralih menduduki bandara itu. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, giliran Pemerintahan Republik Indonesia yang menduduki pangkalan udara itu dan digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI dan latihan terbang sekolah penerbangan di Maguwo yang saat itu dipimpin oleh Agustinus Adisutjipto.

Pada 19 Desember 1948, landasan terbang Maguwo dijatuhi bom oleh Belanda dalam rangka sebuah penyerangan yang dikenal dengan nama Agresi Militer II. Pada saat itu, pertahanan TNI di landasan terbang itu hanya terdiri dari 150 orang pasukan pertahanan udara dengan persenjataan yang sangat minim dan beberapa di antaranya rusak.

Karena itulah pertempuran merebut pangkalan udara itu hanya berlangsung selama 25 menit. Karena peristiwa itu, tercatat 128 tentara Indonesia tewas dan tak ada satupun korban jiwa dari pihak tentara Belanda.

Setelah peristiwa Agresi Militer II ini, Landasan Udara Maguwo ini menjadi tempat pendaratan pasukan Belanda. Tercatat ada 432 anggota pasukan KST yang mendarat, disusul Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang dan berbagai persenjataan yang dibawa. Mulai dari sinilah mereka melaksanakan misi agresi militer ke Kota Yogyakarta.

Setelah Belanda pergi dari Indonesia, pangkalan udara itu kembali diserahkan pada AURI dan namanya diubah menjadi Pangkalan Udara Adisutjipto. Pada 1964, pangkalan itu menjadi pelabuhan udara yang melayani penerbangan sipil maupun aktivitas militer. Pada tahun 1992, bandara itu resmi masuk dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I.

Pada 21 Februari 2004, Bandara Adisutjipto berubah menjadi bandara udara internasional setelah Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat rute Yogyakarta-Kuala Lumpur. Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang maupun pesawat yang dilayani bandara itu terus meningkat.

Pada 7 Maret 2007, sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Bandara Adisutjipto. Saat itu Pesawat Garuda Boeing 737 rute Jakarta-Yogyakarta gagal mendarat di bandara tersebut. Pesawat itu gagal berhenti di titik yang ditentukan dan terus meluncur dengan kecepatan tinggi hingga menabrak pagar besi bandara.

Pesawat itu kemudian berhenti di area persawahan dalam kondisi terbakar. Sesaat kemudian terdengar ledakan dari pesawat itu. Sebanyak 22 orang meninggal dunia karena kejadian ini, sementara 112 lainnya selamat.

Atas peristiwa ini, pilot pesawat itu, Kapten Marwoto Komar ditetapkan sebagai tersangka. Dilansir dari Liputan6.com, kasus ini menjadi kasus pertama di dunia yang mendudukkan pilot sebagai terdakwa dalam sebuah kasus kecelakaan pesawat.

Pada 29 Maret 2020, seluruh penerbangan dari Bandara Adisutjipto dipindah ke Bandara Internasional Yogyakarta yang berada di Kulon Progo.

Pembangunan bandara di Kulonprogo itu penting dilakukan untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan kapasitas bandara Adisutjipto yang tak lagi memadai.

 

 

 

Derby Airport in Australia.


Derby Airport.

Airport History

Derby has contributed to the aviation history of Australia since the first days of Norman Brearly's West Australian Airways.

On 9th August 1922, a site for the Derby airport was selected. This site, now the aircraft aerodrome near town, met the demands of aviation for the next 68 years. For a number of years the salt marsh adjacent to the town was used as a convenient airstrip provided the tide was out!

In 1938 the introduction of a United Kingdom to Darwin flying boat service and a land plane link from Darwin to Sydney began. A through route from Darwin to Perth was established by MacRobertson Miller Aviation Co (MMA), which had taken over from Western Australian Airways in 1934.

In May 1941 an Advanced Operational Base was established by the RAAF and the aerodrome came under military control. It became an important base for Allied operations when Japan entered the war and made a series of attacks to the North West, including an air raid on Derby and the devastating attack on Broome.

Drama has been part of Derby's aviation history with events such as the downing of the Southern Cross at Glenelg River north of Derby on the 30th March 1929, flown by Kingsford Smith. This became known as the Coffee Royal Affair, as it was speculated, and later disproved, that Kingsford Smith had staged the forced landing as a publicity stunt.

The Royal Flying Doctor Service (Victorian Section) was incorporated on 23rd August 1934. It provided an essential service that continues today, with modern aircraft servicing all the Kimberley from the airport and now administered by RFDS (Western Operations).

In 1989, civil operations were shifted to the Curtin Civil Terminal at Curtin RAAF Base, and the local airport reduced to light aircraft status on 1 July 1989.

Since then, all civil operations have returned to Derby Airport and services include Regular Public Transport (RPT, Charter and Royal Flying Doctor Service operations.

Copy a portion in>>> www.sdwk.wa.gov.au/.../ derbyairport.html

All Rights Reserved. 2014 Copyright SIMPLITONA

Powered By Blogger | Published By Gooyaabi Templates Designed By : BloggerMotion

Top